Tugas Bersama Anak Bangsa

Workshop organized by the Forum Silaturrahim Keluarga Mahasiswa Madura Jogjakarta (Fs-KMMJ) – Silaturrahim Forum of Madura Jogjakarta Student Family, Monday, September 24, 2012, started 9:00 to 13:00, at the Convention Hall of the State Islamic University Sunan Kalijaga, Yogyakarta, lasts very festive. Theme of this workshop is Ending Identity Crisis and the Threat of Nationality, presenting three speakers: Ari Dwipayana, Alisa Wahid, and Emmanuel Subangun, moderated by Insan Kamil, the son of Madura- Sumenep, SATUNAMA Foundation activists.

The workshop started with Madura dance, then followed by culture oration delivered by D. Zawawi Imran enhance the festive atmosphere during the session. The question and answer between the participants and the three speakers are presenting interesting questions and statements. Such statement of Abdurrahman Wahid which cited by Alisa on “more clearly the difference, the more obvious similarities” may occur more sense than the “more obvious difference, the faster to destruction”. She explained further, that inside the differences, the similarity values which being respected is even clearly. Similarity such as identity, which when explored more deeply, referring to a short video which also being showed, leading to the identity of the nation, called Pancasila.

There were some participants who ask the speakers with pointed questions, such as: how is the solution or the way to end the crisis and the threat of the national identity? From the summary of the session, Alisa Wahid stated that as citizens we need to learn to start the habit of respecting other people’s thought. We also need to learn to maintain a balance between the ideas and how to put it right in proportion. Further explanation delivered by Emmanuel Subangun that there are two principles of dynamics motion in life which need to be built and lived the diversity which are bhinneka and anekanta. While Ari Dwipayana stated that to get out of the crisis first we have to realize our freedom as human. How do us as citizens are invited to develop a coexistence and compromise way of thought. Thus, this discussion is giving us perspective that it is the duty of youth of the nations to build the nation!

By. Stella Mita (Head of Program Development Unit of SATUNAMA Foundation)Sarasehan yang diadakan oleh Forum Silaturrahim Keluarga Mahasiswa Madura Jogjakarta (Fs-KMMJ), Senin, 24 September 2012, dimulai 9.00-13.00, bertempat di Convention Hall Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, berlangsung sangat meriah. Tema sarasehan ini adalah Mengakhiri Krisis Identitas dan Ancaman Kebangsaan, menghadirkan tiga pembicara: Ari Dwipayana, Alisa Wahid, dan Emmanuel Subangun, dimoderatori oleh Insan Kamil, putera Madura-Sumenep, aktivis di Yayasan SATUNAMA.

Sarasehan yang diawali dengan tarian Madura, kemudian dengan orasi budaya yang disampaikan oleh D. Zawawi Imran menambah semarak suasana acara diskusi ini. Selama proses diskusi berlangsung, tanya jawab antarpeserta dengan narasumber menyajikan pertanyaan dan pernyatan menarik. Seperti pernyataan Gus Dur yang dikutip oleh Alisa Wahid mengenai “makin jelas perbedaan, makin jelas persamaan” lebih masuk akal dapat terjadi daripada “makin jelas perbedaan, makin cepatlah menuju kehancuran”. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa dalam perbedaan justru makin nampak kesamaan nilai yang dijunjung. Kesamaan seperti identitas, yang ketika digali lagi lebih dalam, merujuk pada video singkat yang juga ditayangkan, mengarah pada identitas bangsa yaitu Pancasila.

Ada beberapa peserta yang menanyakan ke nara sumber dengan pertanyaa tajam, seperti: bagaimana solusi atau cara untuk mengakhiri krisis identitas dan ancaman kebangsaan? Dari rangkuman sesi diskusi itu, Alisa Wahid menyatakan bahwa kita sebagai warga negara perlu belajar untuk memulai kebiasaan menghormati pemikiran orang lain. Kita juga perlu belajar untuk menjaga keseimbangan antara buah pikiran dan bagaimana meletakkan hal itu sesuai dengan porsi yang tepat. Dijelaskan juga oleh Emmanuel Subangun bahwa ada dua prinsip gerak dinamik dalam hidup yang perlu dibangun dan dihidupi yaitu bhinneka dan anekanta. Sedangkan Ari Dwipayana menyatakan bahwa untuk keluar dari krisis pertama-tama kita harus menyadari kemerdekaan kita sebagai manusia. Bagaimana kita sebagai warga negara diundang untuk membangun cara berpikir koeksistensi dan kompromi. Jadi, diskusi ini memebrikan kita perspektif, bahwa membangun bangsa adalah tugas semua anak bangsa!

ditulis oleh : Stella Mita (Kepala Unit Pengembangan Program Yayasan Satunama)

Tinggalkan komentar