Membaca Sorong Selatan, Menyalakan Harapan

Program Pendampingan Masyarakat Sorong Selatan merupakan sebuah gagasan yang diinisiasi oleh Yayasan Indonesia Lebih Baik (YILB) dan Yayasan Pengembangan Pendidikan dan Telematika Indonesia (YPPTI) di wilayah Sorong Selatan sejak 2016. Program ini menekankan aspek Pendampingan Masyarakat Sorong Selatan yang dilakukan melalui pendekatan menempatkan penggerak untuk mendorong perubahan masyarakat.

Bekerjasama dengan Yayasan SATUNAMA, serangkaian pelatihan bagi para penggerak yang akan melakukan pendampingan di Sorong Selatan kemudian digelar sejak 2016. Awal tahun lalu, 8 orang penggerak angkatan pertama telah ditugaskan untuk mendampingi masyarakat terdampak. Memasuki tahun kedua 2017, 4 orang penggerak baru yang akan bergabung bersama 6 orang penggerak sebelumnya kini tengah mendapatkan pembekalan melalui pelatihan selama 3 minggu sejak Senin (6/2) hingga Jumat (24/2) di Balai Latihan SATUNAMA, Yogyakarta.

“YPPTI ingin mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Dalam program ini YPPTI menggabungkan semangat dan logistik untuk mendukung kerja-kerja kita.” Ujar Eko dari YPPTI saat pembukaan pelatihan.

Senada dengan Eko, Ricky dari YILB juga memiliki pemikiran sama “Awalnya kita akan menyediakan tenaga guru. Tapi kemudian kita ketemu ide untuk program pengembangan masyarakat. Lalu kita gandeng SATUNAMA untuk membantu menyiapkan program pelatihan bagi para penggerak di Sorong Selatan.” Kata dia.

Tujuan jangka panjang program ini adalah menciptakan kemandirian masyarakat di Sorong Selatan. Pendekatan program dilakukan dengan mengirimkan penggerak yang akan tinggal bersama masyarakat selama 5 tahun. Nantinya penggerak berperan untuk mendorong masyarakat menyadari potensinya, percaya diri untuk berkembang, serta memfasilitasi penguatan kapasitas agar masyarakat mampu mengelola potensi yang mereka miliki. Hadirnya penggerak diharapkan sedikit demi sedikit membuat masyarakat terdorong menuju kemandirian.

Oleh karenanya, pelatihan ini didasarkan pada kebutuhan untuk meminimalisasi kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan yang saat ini dimiliki oleh penggerak dengan profil ideal penggerak yang diinginkan. Artinya, pelatihan bersifat intensif baik dari sisi waktu maupun materi, artinya calon Penggerak Masyarakat harus siap untuk banyak belajar dalam waktu yang singkat, termasuk belajar mandiri.

Metode yang digunakan dalam pelatihan ini beragam mulai dari ceramah, diskusi, workshop, praktek, penugasan individu maupun kelompok dan refleksi. Para peserta juga mendapatkan pembiasaan-pembiasaan yang ditujukan untuk menyiapkan adaptasi di lapangan sekaligus menanamkan nilai-nilai yang diinginkan program.

Sementara untuk membekali para calon penggerak, berbagai macam materi diajarkan dalam pelatihan ini antara lain tentang Team Building, Project Cycle Management, Desain Program dan Kerangka Monitoring Evaluasi, Pendidikan Berbasis Komunitas, Teknik Fasilitasi Masyarakat, Manajemen Konflik, Penguatan Program Pengembangan Masyarakat hingga soal Manajemen Stres.

Motivasi yang bervariasi dari para peserta untuk mengikuti pelatihan tidak luput menjadi perhatian. Karakteristik latar belakang diri, lingkungan dan budaya yang berbeda-beda antara satu peserta dengan yang lainnya membuat masing-masing mereka memiliki motivasi yang juga bervariasi.

“Saya ingin  Ingin mendapatkan teori tentang pengembangan masyarakat. ingin belajar tentang karakter masyarakat Papua serta ingin belajar teknik fasilitasi.” Harap Edo, peserta dari Sragen. Sementara Deasi dari Aceh berpikiran untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperolehnya dari program ini di kampung halamannya kelak.

Terkait tantangan yang kemungkinan akan dihadapi oleh para calon penggerak di lapangan nantinya, Bimo Adimoelya dari SATUNAMA yang bertindak sebagai salah satu fasilitator menyebutkan bahwa para calon penggerak harus bisa hadir sebagai bagian dari masyarakat di Sorong Selatan. Motivasi diri yang tepat sangat dibutuhkan dalam pekerjaan semacam ini.

“Tantangannya adalah bagaimana meyakinkan masyarakat di Sorong Selatan sana, mendialogkan visi-misi kita kepada masyarakat di sana serta menyelesaikan motivasi diri kita sendiri sebagai penggerak.” Jelas Bimo. Hal ini menjadi penting karena ke depannya, Para penggerak diharapkan mampu memahami dan mendapat kepercayaan dari masyarakat sehingga perlahan-lahan mereka akan menjadi agen perubahan.

Profil penggerak yang ingin dicapai selama Pelatihan Penggerak Masyarakat Sorong Selatan tahun 2017 juga telah dirumuskan sebagai patokan agar penggerak yang ditugaskan nantinya siap untuk mendukung capaian-capaian program. Para penggerak nantinya diharapkan harus memiliki kemampuan beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekaligus memiliki analytical thinking yang baik untuk menganalisa potensi dan kebutuhan masyarakat serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif untuk mempengaruhi mitra langsung dan mitra strategis.

Dalam soal keterampilan, para penggerak harus punya skill penyuluhan untuk mengajak dan memastikan program-program berjalan dengan baik juga dibutuhkan, memiliki keterampilan fasilitasi untuk perubahan baik secara individu maupun dalam kelompok, memiliki kemampuan manajemen konflik yang baik, memiliki kemampuan merencanakan, memonitor dan mengevaluasi kegiatan/program, memahami empat bidang pengembangan program yaitu pendidikan, ekonomi rumah tangga, tata kelola pemerintahan kampung, serta kelestarian produk seni-budaya serta tak ketinggalan adalah kemampuan mengajar baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.

Sementara terkait alur pelatihan, menurut Kantri Sekar Wandansari dari Unit Training dan Konsultansi SATUNAMA, pelatihan ini telah didesain dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain dinamika pelatihan yang akan berlangsung selama tiga minggu.

“Misalnya selain pemberian materi dalam kelas, juga ada praktik lapangan dan magang di komunitas yang memungkinkan para peserta mendapatkan pengalaman yang lebih nyata dalam hal pendampingan masyarakat. Dengan begitu para peserta dapat mencapai tujuan dan sasaran pelatihan ini.” Harap Kantri. []

Penulis : Ariwan K Perdana
Foto-Foto : Banu Badrika

Tinggalkan komentar