Pendalaman Materi mengenai Tata Kelola Pemerintahan Desa dalam Usaha Pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masyarakat.

Improving Good Governance in Muncar and Ngawen

[photo1]

From 27 July to 1 August 2009, SATUNAMA held two training sessions on improving economic, social, and cultural rights awareness in two villages that receive assistance from SATUNAMA. The first session from July 27 till July 29 was attended by 20 members from Satu Hati community from Muncar subdistrict, Banyuwangi, and the second by 21 participants from Ngawen subdistrict, Gunungkidul.

This training is part of SATUNAMA’s cooperation with The Asia Foundation in delivering the ‘Nurturing Democracy Throught Interfaith and Intercultural Cooperation Program’. This program promotes pluralism in the community using practical activities.

‘SATUNAMA wants to invite the community to maintain peacefull relationships. We want the communities that we assist to respect other ethnicities and religions. We invite all stakeholders to determine which activities are useful for community development and applying universal values such as democracy, human rights, and pluralism,’ Frans Tugimin, SAYUNAMA Director explained. He also aded that this program aims to increase community participation in creating economic, social, and cultural rights in community pluralism.

This training was divided into two sections because the problems faced by these two villages are different. Muncar community in Banyuwangi has trouble with the fish processing factory in their neighbourhood.

‘Our village is contaminated by pollution rom the fish processing factory. They throw away their waste in the river and that makes a rotten smell and also decreases the fishery. In this training we learned about the state’s responsibility for increasing people prosperity, pluralism and civil society discourse,’ said Abdul Jalil, Chairperson of Satu Hati, a local civil organization in Muncar.

[photo2]

For people in Ngawen subdistrict, SATUNAMA concentrated its assistance on good governance and micro enterprise in caping (hats made from bamboo) marketing because people there work as caping makers. In order to increase good governance at the village level, this training discussed Gunungkidul District Goverment policy that will be followed up by the community.

‘This training informed us about Gunungkidul District Goverment policy, human rights issues, and citizen input to the village goverment. I attended this training as a representative from the Village council. This training increased my knowlegde. For the village, after knowing Goverment policy, we can apply that for our village development,’ Riyanto said (45) from Ngawen Kampong, Beji.

Lutfi

Pendalaman Materi mengenai Tata Kelola Pemerintahan Desa dalam Usaha Pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masyarakat.

[foto1]

Pada tanggal 27 Juli hingga 1 Agustus 2009, SATUNAMA melakukan dua sesi pelatihan untuk pendalaman materi mengenai hak ekonomi, sosial, dan budaya (ekosob) untuk dua wilayah dampingan. Pelatihan pertama diselenggarakan pada tanggal 27-29 Juli 2009, diikuti oleh 20 orang anggota komunitas Satu Hati dari Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Sedangkan pelatihan sesi kedua diikuti oleh 21 orang dari Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, DIY.

Acara ini merupakan bagian dari kerjasama SATUNAMA dan The Asia Foundation dalam program “Penguatan Masyarakat Sipil Melalui Kerjasama Lintas Iman”. Program ini merupakan upaya SATUNAMA untuk mempromosikan pluralisme kepada masyarakat luas, dalam rangka pengelolaan kegiatan di masyarakat.

“SATUNAMA ingin mengajak masyarakat untuk memperbaiki hubungan antar manusia. Kami ingin supaya masyarakat yang kami dampingi memberikan penghargaan antar etnik dan antar pemeluk agama. Kami mengajak berbagai pihak untuk bersama-sama menentukan kegiatan apa yang berguna untuk memajukan masyarakat, sekaligus menerapkan nilai-nilai universal seperti demokrasi, HAM, dan pluralisme,” tutur Frans Tugimin, Direktur SATUNAMA. Ia juga menambahkan bahwa dalam jangka panjangnya program ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya di tengah pluralisme masyarakat.

Pelatihan ini dibagi dalam dua sesi, karena masalah yang dihadapi kedua wilayah dampingan tersebut berbeda. Masyarakat Muncar di Banyuwangi yang berada di wilayah pantai memiliki masalah dengan pabrik-pabrik pengolahan ikan di wilayahnya. “Daerah tempat tinggal kami tercemar oleh pabrik pengolahan ikan. Mereka begitu saja membuang limbah industri di sungai sehingga mengakibatkan penyebaran bau busuk. Hal tersebut menyebabkan daerah tangkapan ikan semakin terbatas. “Dalam pelatihan ini kami mendapat tambahan ilmu mengenai tanggung jawab Negara terhadap peningkatan kesejahteraan warganya dan juga wacana mengenai pluralisme dan masyarakat sipil,” tutur Abdul Jalil, ketua organisasi masyarakat sipil Satu Hati di Muncar.

[foto2]

Untuk masyarakat di daerah Kecamatan Ngawen, pendampingan SATUNAMA lebih ke arah good governance dan usaha pemasaran hasil kerajinan caping, karena warga di wilayah ini banyak yang mencari nafkah sebagai petani dan perajin caping. Dalam usaha meningkatkan tata kelola pemerintahan desa, pelatihan ini mendiskusikan mengenai kebijakan-kebijakan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang akan ditindaklanjuti oleh warga. “Dengan pelatihan ini, kami belajar mengenai kebijakan yang ada di Pemkab Gunungkidul, HAM, dan peranan masyarakat sipil terhadap pemerintah desa. Saya ikut pelatihan ini sebagai wakil dari Badan Perwakilan Desa. Pelatihan ini menambah pengetahuan dan wawasan saya, untuk lingkup desa. Setelah kami tahu apa saja yang menjadi kebijakan Pemkab, kami kemudian bisa menyikapinya untuk melakukan pembangunan atau sekedar menyumbang saran supaya desa kami lebih baik,” tutur Riyanto (45 tahun), seorang peserta dari Kampung Ngawen, Beji.

Lutfi

Tinggalkan komentar