Mencari Insight sampai ke Duwet

23 Februari 2012, SATUNAMA yang berkantor di Dusun Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman, menerima kunjungan dari 40 orang mahasiswa dari Universitas Ciputra (UC) Surabaya, yang didampingi oleh Bapak Eko W. Prasetyo, fasilitator mata kuliah social entrepreneur.
Para mahasiswa yang hadir di SATUNAMA terdiri dari mahasiswa semester 6 dari beberapa jurusan yang ada di UC, di antaranya adalah International Business Management, Interior Architecture,Visual Communication Design, Integrated Psychology and Entrepreneurship, dan Torism and Hotel Management.

Menarik sekali bahwa kehadiran mereka adalah untuk mencari insight untuk proyek-proyek yang sedang mereka kembangkan, yang bertujuan untuk memberdayakan kelompok sasaran sesuai kepedulian dan perhatian mereka. Fokus proyek yang sedang mereka kembangkan di antaranya berkaitan dengan isu keanekaragaman hayati, pemberdayaan ekonomi untuk orang-orang lanjut usia bekerjasama dengan panti jompo – ada juga pemberdayaan ekonomi melalui ketrampilan salon untuk perempuan muda – green city kelompok yang memberi perhatian terhadap kebersihan termasuk mengkampanyekan konsep safe re-use dan recycle , safety riding yang memberi tekanan dalam membangun budaya “aman” , pemberantasan buta aksara dengan metode kreatif untuk para pemulung dan kidspreneurship pemberdayaan terhadap anak panti asuhan bekerjasama dengan Yayasan Almadina dan beberapa project lain.

[foto1]

Secara garis besar, kunjungan terdiri dari dua bagian: perkenalan lembaga dan berbagi pengalaman SATUNAMA, dilanjutkan dengan tanya-jawab. Dari proses tanya-jawab yang berlangsung, nampak bahwa ada sebersit pemahaman umum dalam forum tersebut bahwa sesuatu yang sifatnya sosial otomatis berbentuk amal (charity). Padahal tidak selalu demikian. Dalam konteks memberdayakan, harapannya, kelompok masyarakat yang didampingi dengan segala potensi yang mereka miliki, di titik tertentu, akan dapat mencapai kemandirian dan keberlanjutan hidup, tanpa bergantung pada pihak lain. Meskipun demikian, menjadi sebuah catatan akhir juga bahwa ‘memberdayakan’ dan ‘memperdayakan’ yang seakan-akan mirip tetapi akan bermuara di dua akhir yang berbeda. Semoga kehadiran UC dengan semangat kewirausahaannya akan turut membantu SATUNAMA untuk mewujudkan visi-misi lembaga demi terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat dan adil secara ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

23 Februari 2012, SATUNAMA yang berkantor di Dusun Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman, menerima kunjungan dari 40 orang mahasiswa dari Universitas Ciputra (UC) Surabaya, yang didampingi oleh Bapak Eko W. Prasetyo, fasilitator mata kuliah social entrepreneur.
Para mahasiswa yang hadir di SATUNAMA terdiri dari mahasiswa semester 6 dari beberapa jurusan yang ada di UC, di antaranya adalah International Business Management, Interior Architecture,Visual Communication Design, Integrated Psychology and Entrepreneurship, dan Torism and Hotel Management.

Menarik sekali bahwa kehadiran mereka adalah untuk mencari insight untuk proyek-proyek yang sedang mereka kembangkan, yang bertujuan untuk memberdayakan kelompok sasaran sesuai kepedulian dan perhatian mereka. Fokus proyek yang sedang mereka kembangkan di antaranya berkaitan dengan isu keanekaragaman hayati, pemberdayaan ekonomi untuk orang-orang lanjut usia bekerjasama dengan panti jompo – ada juga pemberdayaan ekonomi melalui ketrampilan salon untuk perempuan muda – green city kelompok yang memberi perhatian terhadap kebersihan termasuk mengkampanyekan konsep safe re-use dan recycle , safety riding yang memberi tekanan dalam membangun budaya “aman” , pemberantasan buta aksara dengan metode kreatif untuk para pemulung dan kidspreneurship pemberdayaan terhadap anak panti asuhan bekerjasama dengan Yayasan Almadina dan beberapa project lain.

[foto1]

Secara garis besar, kunjungan terdiri dari dua bagian: perkenalan lembaga dan berbagi pengalaman SATUNAMA, dilanjutkan dengan tanya-jawab. Dari proses tanya-jawab yang berlangsung, nampak bahwa ada sebersit pemahaman umum dalam forum tersebut bahwa sesuatu yang sifatnya sosial otomatis berbentuk amal (charity). Padahal tidak selalu demikian. Dalam konteks memberdayakan, harapannya, kelompok masyarakat yang didampingi dengan segala potensi yang mereka miliki, di titik tertentu, akan dapat mencapai kemandirian dan keberlanjutan hidup, tanpa bergantung pada pihak lain. Meskipun demikian, menjadi sebuah catatan akhir juga bahwa ‘memberdayakan’ dan ‘memperdayakan’ yang seakan-akan mirip tetapi akan bermuara di dua akhir yang berbeda. Semoga kehadiran UC dengan semangat kewirausahaannya akan turut membantu SATUNAMA untuk mewujudkan visi-misi lembaga demi terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat dan adil secara ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Tinggalkan komentar