Perspektif Perempuan dan Lingkar Kekuasaan di Sekitaran Calon Perempuan Peserta Pilkada

Siaran Pers Yayasan SATUNAMA
Perspektif Perempuan dan Lingkar Kekuasaan di Sekitaran Calon Perempuan Peserta Pilkada
Kajian atas Perempuan di Pilkada Serentak 2015
Yogyakarta, 25 November 2015

Hasil kajian tentang Perempuan di Pilkada Serentak 2015: Perspektif Perempuan dan Lingkar Kekuasaan di Sekitaran Calon Perempuan Peserta Pilkada menunjukkan, hanya 7,4% saja atau sejumlah 123 perempuan yang menjadi kandidat dalam Pilkada serentak 2015. “Minimnya angka tersebut bisa jadi karena belum adanya kebijakan affirmative action yang mengatur tentang kandidasi perempuan dalam Pilkada. Di samping partai politik juga belum memiliki political will mendorong kader-kader perempuan potensial menduduki posisi penting pengambilan keputusan seperti halnya kepala daerah”, demikian dikatakan Nunung Qomariyah, Kepala Desk Perempuan dan Politik, Departemen Politik, Demokrasi dan Desa, Yayasan SATUNAMA, Yogyakarta, dalam peluncuran hasil kajian di KPU Provinsi Yogyakarta, Rabu, 25 November 2015.

Kajian ini bertujuan untuk (1) melihat peta perempuan dalam Pilkada serentak 2015; (2) perspektif perempuan dan lingkar kekuasaan disekitaran calon perempuan peserta Pilkada dan terakhir melihat peluang dan tantangan calon perempuan di Pilkada serentak 2015 bagi demokratisasi lokal. Kajian dilaksanakan oleh Desk Perempuan dan Politik, Departemen Politik, Demokrasi dan Desa Yayasan SATUNAMA selama 1.5 bulan dari Oktober-November 2015.

Dari 123 perempuan yang mengikuti bursa calon kepala daerah, lebih dari separuhnya (53%) atau 65 perempuan memiliki perspektif perempuan yang dituangkan dalam visi, misi dan program kampanye. Isu politik, khusunya mendorong kepemimpinan perempuan menempati urutan pertama yang paling banyak menjadi perhatian calon perempuan, di samping isu lain seperti kesehatan, pendidikan, sosial dan kesehatan. “Kehadiran perempuan sebagai kepala daerah yang memiliki perspektif perempuan diharapkan mampu melahirkan kebijakan yang berkeadilan gender”, ungkap Any Sundari, salah satu peneliti kajian ini.

Sementara itu, Insan Kamil, Kepala Departemen Politik, Demokrasi dan Desa, sekaligus Wakil Direktur Yayasan SATUNAMA, menyoroti lingkar kekuasaan di sekitar calon perempuan. Hasil kajian cukup menggembirakan, karena hanya 28 orang atau kurang dari ¼ calon perempuan yang memiliki kedekatan (pertalian darah, hubungan perkawinan dan hubungan kekerabatan) dengan elit dominan di tingkat lokal. Elit dominan yang dimaksud dalam kajian ini adalah mantan kepala daerah atau kepala daerah yang saat ini masih menjabat. Bagi Insan Kamil, yang juga menjadi narasumber dalam peluncuran kajian, gambaran di atas memunculkan optimisme bagi gerak demokrasi, meski masih minimum. Hal ini dikarenakan, Pilkada serentak 2015 masih didominasi oleh calon-calon perempuan dari kalangan legislatif, pengusaha, petahana dan birokrat, dimana keempat kelompok di atas tidak lahir dari gerakan masyarakat sipil, melainkan kelompok yang secara sosial-ekonomi-politik dianggap berseberangan, atau paling tidak menghambat agenda-agenda demokratisasi karena mereka lebih mementingkan diri sendiri dan kelompoknya untuk melindungi, mendapatkan dan memperbesar kepentingan-kepentingan ekonomi dan kepentingan-kepentingan politik mereka. Kajian ini semakin mengukuhkan bahwa, meski saluran-saluran demokrasi memungkinkan perempuan menduduki posisi tertinggi dalam pemerintahan daerah, namun kelompok-kelompok atau aktor-aktor alternatif belum memanfaatkan peluang ini untuk memperjuangkan agenda-agenda politik mereka.

Kontak Narasumber Yayasan SATUNAMA:
Nunung Qomariyah, Kepala Desk Perempuan dan Politik, Departemen Politik, Demokrasi dan Desa, Yayasan SATUNAMA, Yogyakarta, 081 328 384 351.

 

Pemberitaan Media:

Tinggalkan komentar