Kebenaran Sejarah Matinya Gerakan Perempuan

SATUNAMA bekerja sama dengan AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Yogyakarta mengadakan diskusi bulanan Beranda Perempuan yang diadakan di Student Center UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Selasa, (08/10). Diskusi bulanan kali ini mengangkat tema dari sebuah buku karya Saskia E Wierenga yaitu  “Penghancuran Gerakan Perempuan, Politik Seksual di Indonesia Pasca kejatuhan PKI”.

Dalam acara diskusi tersebut, Nunung Qamariyah (Desk Perempuan dan Politik Yayasan SATUNAMA) selaku pembicara mengatakan diskusi sangat penting untuk menelusuri kebenaran sejarah yang disembunyikan oleh Orde Baru.

Nunung
Nunung Qomariah saat menyampaikan materi Diskusi di Student Center UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Kamis, (08/10). [Foto: Rusdiyanto]
“Sebagai generasi muda sangat penting untuk tahu sejarah matinya gerakan perempuan di luar versi Orde Baru agar tidak hitam putih melihatnya, tidak mudah menyalahkan dan tidak mudah terprovokasi,” kata Nunung.

Buku yang ditulis oleh Saskia E Wierenga berisikan hasil wawancara dan pengakuan para anggota Gerwani yang mengalami penyiksaan dalam tragedi Gerakan 30 September 1965. Dalam sebuah petikan wawancara dengan anggota Gerwani disebutkan bahwa di penjara banyak di antara tahanan yang diperkosa. Kami disiksa dan dilukai dengan listrik, sudutan rokok. Sesudah beberapa tahun, setelah kunjungan Palang Merah, keadaan kami menjadi sedikit lebih baik. (Wawancara di Malang dengan anggota Gerwani tahun 1983)

Dalam bulan februari 1967 kami ditahan. Saya disiksa begitu hebat hingga gigi-gigi saya rontok. Saya tidak sadarkan diri selama tiga hari. Kemudian mereka menggali kubur dan akan menguburkan saya jika saya tidak menyebutkan nama dan alamat anggota lainnya. (sepenggal pengakuan Sujinah, mantan pimpinan Gerwani).

Fakta-fakta tersebut selama ini hampir tidak terungkap. Jamaludin Ahmad Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang bergerak di Lembaga Pers Mahasiswa ARENA mengatakan diskusi buku ini penting untuk membuka kebenaran sejarah yang dibelokkan oleh rezim Orde Baru. “Kita harus banyak membaca buku tentang sejarah ataupun wacana untuk mendapatkan pemahaman yang lebih faktual tentang sebuah peristiwa.”. Kata dia.

Penulis: Rusdiyanto (Mahasiswa UIN)
Editor : Ariwan K. Perdana

 

Tinggalkan komentar