Mahasiswa Australia Bantu Pengembangan Pertanian di Kadilajo

Waktu sembilan hari tidaklah cukup panjang. Namun waktu yang singkat tersebut bukan berarti tidak bisa dimanfaatkan. Itulah yang terjadi saat lima mahasiswa The University of Melbourne Australia yang tergabung dalam AVI (Australian Volunteer International) datang ke Yogyakarta Bulan Juli lalu. Bersama SATUNAMA, mereka melakukan kerja di dua desa yaitu Desa Kadilajo, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 28 Juni hingga 25 Juli 2015.

Meski memiliki waktu tinggal di Indonesia selama kurang lebih sebulan, namun para mahasiswa hanya punya 9 hari efektif selama sebulan tersebut untuk tinggal dan melakukan kerja-kerjanya di kedua desa. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Tiga mahasiswa yaitu Louise, Joyce dan Maree beraktivitas di Desa Kadilajo, sementara dua mahasiswa lain, Anna dan Alice di Desa Sendangadi.

Aktivitas yang dilakukan para mahasiswa di Desa Kadilajo lebih mengarah kepada demokrasi dan memperkuat masyarakat sipil untuk mendorong tegaknya Hak Asasi Manusia. Hal ini juga mengacu pada 3 pilar pembangunan yang harus berimbang, yaitu negara, bisnis dan masyarakat. Fokus sasaran kerjanya adalah komunitas petani di Kadilajo yang masih butuh dukungan kuat agar memiliki posisi tawar dalam ketiga pilar tersebut.

Beberapa hal yang dilakukan oleh para mahasiswa adalah memastikan daur ulang (pengolahan sampah) dilakukan dengan baik, mendorong adanya sikap dan perilaku ramah lingkungan, menyebarkan informasi tentang pertanian serta mendorong agar komunitas menanam dan mengolah sendiri lahannya. Upaya tersebut menjadi satu kesatuan dalam proses penguatan masyarakat, yaitu meningkatkan kesadaran, pendidikan kritis dan motivasi warga, khususnya anak-anak, terhadap pertanian.

“Saya senang SATUNAMA memberi ruang kreatif yang luas. Tidak memberi batasan untuk memilih dan menentukan program. Fleksibilitas memberi gambaran kuat NGO dalam bekerja bersama komunitas.” Kata Maree menanggapi apa yang dilakukannya di komunitas.

Para mahasiswa juga merasa bahwa apa yang mereka bayangkan tentang Kadilajo tidak jauh berbeda dengan situasi yang sesungguhnya. Semangat kuat, budaya yang khas seperti makanan, busana, interaksi dan keramahan masyarakatnya sangat mendukung dan memperlancar jalannya program.

“Bayangan pertama sebelum bertemu dengan anak-anak Kadilajo adalah antusias tinggi mereka dalam menjalankan program. Dan hal itu tidak berbeda jauh dengan kenyataannya.” Kata Louise.

Selain ketersediaan waktu yang singkat, beberapa anak desa juga tidak bisa ikut serta dalam program ini karena waktunya bersamaan dengan masa libur panjang sehingga mereka sudah terlanjur punya acara dengan keluarganya. Sehingga kegiatan yang lebih realistis dan tidak terlalu berlebihan harus diterapkan. Salah satunya adalah menggenjot sistem tanam demplot kebun yang belum terlalu maksimal dilakukan. Aktivitas ini untuk memotivasi kebiasaan berkebun di lahan sendiri agar masyarakat memiliki tanaman pangan secara mandiri. Karena Louise dan kawan-kawannya berpendapat bahwa Kadilajo adalah komunitas yang unik.

Aktivitas lain yang dilakukan para mahasiswa di antaranya adalah bermain dan bernyanyi bersama anak-anak. Mereka mendapatkan permainan tradisional dari Kadilajo, sementara anak-anak Kadilajo mendapatkan permainan anak dari Australia. Anak-anak juga belajar tentang daur ulang. Saking antusiasnya, mereka sampai melakukannya sendiri di luar jam-jam pertemuan. Berkebun dan menanam juga menjadi bagian penting yang harus dilakukan karena fokus program adalah mendukung ketahanan pangan mulai dari usia anak-anak.

Mendapat Banyak Manfaat

Selain kegiatan-kegiatan diatas, proyek utama yang dilakukan adalah membuat scrapbook. Scrapbook ini dibuat oleh anak-anak dan memuat tulisan nama-nama, hal yang paling dibanggakan dari Kadilajo, apa yang akan dilakukan jika bisa memimpin Kadilajo, makanan favorit yang dimasak orang tua, bahan –bahan masakan, cara memasak, dan gambar rumah masing-masing lengkap dengan kebun beserta isinya. Selain itu anak-anak juga diminta untuk menggambar rumah impian mereka.

Sebagai pelengkap, Maree, Louise dan Joice membuat sebuah poster berdasarkan hasil survey sederhana selama berkegiatan bersama anak-anak. Poster ini memuat tentang makanan yang biasa dikonsumsi oleh anak-anak, kandungan gizi dan ukuran makanan yang sebaiknya dikonsumsi.

Dalam sesi presentasi di akhir program, anak-anak Kadilajo sebagai mitra utama para mahasiswa ikut berkisah. Ruri, Pretty dan Vindi mewakili komunitas anak Kadilajo berbagi kisah dalam presentasi akhir. Hal-hal yang didapat selama berkegiatan dengan para mahasiswa Australia salah satunya adalah terjalinnya persaudaraan antar dusun di Kadilajo, karena para mahasiswa tidak hanya beraktivitas di Desa Kadilajo saja, tapi juga di daerah Trucuk yang selama ini menjadi bagian dari perpustakaan keliling KOPER di Kadilajo. Anak-anak juga belajar hal-hal yang sederhana seperti mau bersih-bersih rumah, mengolah sampah dan lebih menghargai budaya.

“Waktu yang digunakan sangat singkat, tapi begitu banyak hal yang bisa dilakukan bersama. Anak-anak senang, orang tua senang, kita juga dapat banyak manfaat.” kata Ruri.

Penulis: Maria Sucianingsih
Editor: Ariwan K. Perdana

Tinggalkan komentar