Kedaulatan Pangan: Upaya Mengembalikan Demokrasi Lokal dan Redemokratisasi Akses terhadap Pangan

Kegembiraan terlepas dari rejim otoritarian dan harapan akan hari depan yang lebih baik terus bergema hingga sekarang. Menoleh ke belakang, Mei 1998 patut diletakkan sebagai titik tolak sejarah baru Indonesia yang memberikan harapan bagi demokrasi dan keadilan yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Meski demikian, harapan tak selalu paralel dengan kenyataan. Hingga kini, demokratisasi di Indonesia masih menghadapi tantangan-tantangan serius yang mengakibatkan demokrasi mengalami stagnasi, bahkan regresi. Studi SATUNAMA menunjukkan bahwa demokrasi menghadapi tantangan dari kekuatan elitis dan oligarkis yang menguasai dan memanfaatkan arena, sistem, mekanisme dan seluruh prosedur demokrasi. Mereka berhasil membangun aliansi dan mobilisasi dukungan bos-bos lokal dan tokoh-tokoh adat dan agama yang memiliki basis sosial yang kuat dengan memanfaatkan prosedur demokrasi untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan sekaligus.

Kemunculan “orang-orang kuat” (local strongmen) dan “orang-orang yang tidak menduduki kekuasaan politik resmi akan tetapi menentukan kebijakan-kebijakan politik” (shadow state) membuktikan bahwa demokrasi telah terokupasi oleh kekuatan-kekuatan undemocratic. Mereka ini adalah bagian dari undemocratic political group yang terus melakukan manuver-manuver politik  untuk mendominasi penguasaan atas sumber daya dan ruang publik dengan instrumen kuasa yang dimilikinya sekaligus memupuk kekayaan yang bersumber dari negara melalui kebijakan-kebijakan politik (public policy) yang manipulatif.

Akibatnya, demokrasi yang mustinya membuka peluang terhadap akses yang adil bagi rakyat untuk mengorganisir dan mengartikulasikan kepentingan-kepentingan politik, ekonomi dan sosial mereka justru dimonopoli oleh kekuatan-kekuatan elit dominan yang menggunakan demokrasi sebagai instrumen berkuasa belaka tanpa mempedulikan hak-hak rakyat terpenuhi atau tidak.

Agar demokrasi tidak semakin jauh dari tujuan idealnya maka setiap komponen demokrasi (organized civil society) pertama-tama harus menyadari bahwa gerak demokratisasi telah dibajak oleh kelompok-kelompok yang secara lihai menggunakan demokrasi demi kepentingan-kepentingan jangka pendek ekonomi-politik mereka, sementara civil society termarginalisasi secara politik. Oleh karena itu dibutuhkan pemikiran dan tindakan strategis dalam kerangka REDEMOKRATISASI sehingga demokrasi menjadi ruang politik bagi terselenggaranya hak-hak dan kepentingan-kepentingan rakyat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut SATUNAMA bekerjasama dengan alumni Pelatihan Civic Education for Future Indonesian Leaders (CEFIL) Wilayah Kalimantan Barat akan menyelenggarakan Workshop dengan tema “Kedaulatan Pangan Sebagai Upaya Mengembalikan Demokrasi Lokal dan Redemokratisasi Akses terhadap Pangan.” Workshop ini merupakan tindak lanjut dari Regional Meeting alumni CEFIL yang telah diselenggarakan pada tanggal 20-21 Oktober 2014. Regional Meeting menghasilkan kesepakatan mengenai desain workshop, kategori peserta, narasumber, topik-topik workshop, dll.

Workshop regional ini akan diadakan pada
Hari – Tanggal : Rabu-Kamis, 22-23 April 2015
Tempat : Hotel Star
Jl. Gajah Mada No.189 Pontianak, Kalimantan Barat – Indonesia, Telp. 0561 740661

Partisipan yang akan hadir adalah para alumni CEFIL, jurnalis, aktivis masyarakat sipil, politisi, pemerintah daerah, anggota DPRD, dan aktivis gerakan mahasiswa.

Informasi lebih lanjut tentang acara ini silakan hubungi: Nunung Qomariyah, kontak 081 328 384 351 e-mail: nunung@satunama.org atau Pebruantoni, kontak 085 245 551 174, email pebruantoni@gmail.com

Tinggalkan komentar