Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Anak di Dusun Suruh, Gunungkidul

Children Environmental Education in Suruh Village, Gunungkidul.

[photo1]

From 2007, SATUNAMA has provided development assistance to Suruh sub-Village, Gedangsari, Gunungkidul. In 2009, the Mobile Library was engaged to assist the site. They provided environment education in Gedangan II elementary school and PKK Hargomulyo kindergarten each Tuesday.

“We are facilitating environmental education in kindergarten using a participative and creative learning method. We do arts and craft, storytelling, watching movies, playing, and singing. These activities encourage children to be concerned about their environment. In Suruh, it is difficult to get access to educational infrastructure. The community sometimes can’t afford if. This kindergarten is a trial project because the village didn’t have a kindergarten before,” said Adriyani. She added that the kindergarten doesn’t have a building and uses the sub-village hall as their class room. Environmental education needs to be introduced earlier to create a generation that is concerned about their environment and preserving organic farming. 98% of students in that kindergarten are farmers’ children.

[photo2]

The Mobile library also provides an extra subject at Gedangan II elementary school. There are 56 students from grades IV, V, and VI. This Environmental Education subject utilized with methods such as group discussions, games, watching movies, observations, and field classes.

Villagers in Suruh mostly work as farmers, but the young people choose to earn a living in urban areas. The older generations don’t want their children to become farmers. Villagers think that future agricultural sector earnings are not promising.

“The assistance from SATUNAMA is intended to explain the potential of agriculture for young people. We have created the Children’s Field School to practice organic farming. We use this to campaign about organic farming that is environmentally friendly. Indirectly, this activity criticizes their parents who are still using conventional agricultural methods. We hope they will change to organic farming methods that can reduce their dependency on the external inputs. They could use their local seeds, fertilizer from their cattle, and produce their own pesticides,” said Adriyani.

Because Gedangan II elementary school doesn’t have large landholdings, they rent the land for field experiments. Grade IV, V, and VI students then practice intercropping agriculture. Each two weeks, they observe the growth of their kleci potatoes and beans and how to manage pests. The field school encourages organic farming of crops which are appropriate for local conditions
Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Anak di Dusun Suruh, Gunungkidul

[foto1]

Sejak tahun 2007, SATUNAMA melakukan pendampingan di Dusun Suruh, Gedangsari, Gunungkidul. Mulai tahun 2009, Unit Mobile Library terlibat dalam pendampingan di daerah tersebut. Tiap Selasa, unit ini melakukan pendampingan mata pelajaran muatan lokal mengenai Pendidikan Lingkungan Hidup di SDN Gedangan II dan TK PKK Hargomulyo.

“Di TK kami memfasilitasi pendidikan lingkungan hidup dengan metode pengajaran partisipatif dan kreatif, seperti dengan membuat barang, bercerita, menonton film, bermain, menyanyi. Semua kegiatan ini bertema mengajak anak untuk mencintai lingkungan hidup disekitarnya. Di Dusun Suruh, akses untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sulit. Baik dari sarana, prasarana juga biayanya. TK PKK Hargomulyo ini merupakan sekolah TK perintis karena dusun ini belum mempunyai sekolah Taman Kanak-Kanak sendiri,” tutur Andriani koordinator Unit Mobile Library. Ia juga menambahkan jika sampai saat ini kegiatan belajar-mengajar di TK PKK masih menumpang di Balai Dusun. Pendidikan lingkungan hidup dan pertanian lestari perlu dikenalkan sejak usia dini supaya muncul generasi penyelamat lingkungan dan melestarikan pertanian ramah lingkungan . Dari 19 murid sekolah tersebut, 98% nya adalah anak petani.

Selain di TK PKK Hargomulyo, Mobile library juga mendampingi mata pelajaran muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup di SDN Gedangan II, Gedangsari, Gunung Kidul. Ada 56 anak dari kelas IV, V, VI yang mengikuti program ini. Muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup ini dirancang dengan metode yang tidak membebani dan membosankan siswa seperti melalui diskusi kelompok, permainan, kreativitas, menonton film, observasi, dan sekolah lapang.

Sebagian besar mata pencaharian warga Dusun Suruh adalah petani tetapi kaum mudanya banyak yang keluar daerah untuk mencari pekerjaan di kota. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar orang tua tidak menginginkan anaknya menjadi petani dan tidak ada anak-anak yang mempunyai cita-cita menjadi petani. Penduduk desa beranggapan mencari nafkah dari bidang pertanian tidak menjanjikan secara ekonomi.

“Pendampingan ini tujuannya mengenalkan potensi pertanian kepada generasi muda. Salah satunya dengan jalan mempraktekkan mata pelajaran muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup dengan kegiatan Sekolah Lapang Anak sebagai media untuk mempraktekkan pertanian organik. Hal ini juga sebagai sarana untuk mengkampayekan pertanian organik yang ramah lingkungan kepada anak-anak. Secara tidak langsung, kegiatan ini mengkritisi cara bertani orang tua mereka yang masih menggunakan pertanian konvensional supaya beralih kepada pertanian organik. Pola pertanian organik akan mengurangi ketergantungan petani terhadap pihak lain. Mereka bisa memakai benih lokal yang diproduksi sendiri, pupuk kandang dari kotoran ternak yang ada, juga penggunaan pestisida alami,” tutur Andriani.

[foto2]

Karena di SDN Gedangan II tidak mempunyai lahan yang luas, pihak sekolah berinisiatif menyewa lahan kecil yang dijadikan sebagai demplot secara swadaya. Murid kelas IV, V, dan VI kemudian menanam kentang kleci dan kacang panjang secara tumpang sari. Setiap dua minggu sekali mereka diminta untuk mengamati pertumbuhan tanaman dan cara pengelolaan hama terpadu. Sekolah Lapang Anak ini pada akhirnya akan dijadikan sebagai media belajar bersama dan untuk memotivasi anak untuk mencintai lingkungan hidup dan mempraktekkan pertanian lestari sesuai dengan kondisi setempat.

Tinggalkan komentar