Musik Meriah di Festival Anak Dusun Duwet

Satunama.org. Matahari pagi yang masih hangat menyinari pelataran kantor SATUNAMA di Dusun Duwet, Sleman. Panggung bertutup terpal sudah terpasang sejak malam sebelumnya, begitu pula kursi-kursi telah tertata rapi. Sederet gambar hasil karya anak-anak Duwet terpampang di halaman.

Gambar-gambar tersebut menunjukkan cita-cita mereka menjadi pahlawan super, yaitu dengan membantu teman. Pukul 9.30 suara gamelan mulai mengalun, menyambut para peserta. Gamelan ini dimainkan oleh anak-anak Dusun Duwet berkolaborasi dengan siswa SLB Tegar Harapan dan empat mahasiswi asal The University of Melbourne Australia.

Mbak-mbak dari Universitas Melbourne tampak sangat fasih memainkan lagu “Suwe Ora Jamu”. Mereka sudah latihan bersama anak-anak selama sebulan. Beberapa siswa SLB pun nampak menikmati kerjasama memainkan gending. Musik menyatukan mereka dengan mudahnya.

Anak-anak mulai berdatangan, antusias mengikuti festival anak yang dipandu oleh MC Mas Kristi dari Karang Taruna Serdadu dan Mbak Ratna dari Organisasi Difabel Mlati (ODM). Acara ini sendiri memang digagas para mahasiswa Universitas Melbourne, ODM, Karang Taruna Serdadu (Seruan Dari Duwet), dan SATUNAMA.

Duwet AVI 3
Bardie-Barclay Suttton bersama salah satu anak Duwet [Foto : istimewa]
Festival ini juga sekaligus menjadi launching poster kampanye hak inklusi anak yang dikerjakan oleh para mahasiswa Universitas Melbourne dan Serdadu. Kali ini, Asheda Weekes, Bardie-Barclay Sutton, Genevieve Williams dan Komang Rosie Clynes, empat mahasiswa cantik Australia naik ke panggung didampingi interpreter atau penerjemah mereka, Risa Karmida. Ada tiga tema poster yang dibuat, yaitu bertema lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat. Semuanya mengambil ide besar bahwa, setiap anak bias menjadi superhero dengan memperhatikan hak-hak anak lain untuk didengar, diberi kesempatan berpartisipasi, dan diperlakukan setara.

Band Perkusi SLB Tegar Harapan

Tiba saatnya bernyanyi dan menari bersama. Peserta dihibur dengan penampilan band perkusi para siswa SLB Tegar Harapan yang luar biasa kompak dan meriah, dipandu oleh Ibu Guru Ida. Selanjutnya anak-anak Dusun Duwet berkolaborasi dengan kakak-kakak mahasiswa Universitas Melbourne menyanyikan lagu “Kampuang Nan Jauh di Mato”, memainkan permainan “Cublak-cublak Suweng”, dan diakhiri yel-yel dari Australia berjudul “Hokey Pokey”. Secara spontan, anak-anak dari Desa Keningar [Magelang] dan Kadilajo [Klaten] yang juga hadir siang itu ikut menyumbangkan lagu dan semua peserta bergoyang dan bertepuk tangan bersama.

Di akhir acara MC mengajak seluruh peserta untuk menerbangkan pesawat kertas, melambangkan impian kita akan terwujudnya masyarakat inklusi yang sudah tinggal landas mulai hari tersebut, 15 Februari 2015. Acara diakhiri dengan tepuk hak anak yang mengingatkan kita semua akan hak semua anak di dunia, yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang, perlindungan, dan hak partisipasi.

Meski acara telah berakhir namun anak-anak Duwet, anak SLB, para mahasiswa, dan pemuda karang taruna tampak enggan meninggalkan panggung. Mereka terus bernyanyi dan berjoged bersama diiringi lagu dangdut dan campursari. Satu hari yang sangat menyenangkan bagi semua dan menjadi awal yang manis untuk membuka kesadaran kita akan hak inklusi demi terwujudnya dusun ramah anak di Duwet, Sendangadi, Sleman.

Ditulis oleh : Risa Karmida
Editor : Bima Sakti

Tinggalkan komentar