Langkah Mahasiswa Australia Mewujudkan Desa Inklusi

Satunama.org – Sebagian dari kita mungkin sudah lama memimpikan terwujudnya masyarakat inklusi yang memberi kesempatan semua anggotanya berpartisipasi di setiap lini kehidupan. Meskipun demikian, tidak sedikit warga yang belum memahami pentingnya hidup bersama dalam kerukunan tanpa membeda-bedakan kondisi fisik.

Tema inilah yang menjadi fokus perhatian mahasiswa The University of Melbourne Australia selama kegiatan mereka di Dusun Duwet, Desa Sendangadi, Mlati, Sleman, sejak tanggal 21 Januari hingga 15 Februari 2015. Mereka adalah Bardie-Barclay Sutton, Genevieve Williams, Asheda Weekes, dan Komang Rosie Clynes. Empat mahasiswi cantik ini mencoba menggali langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengawali terwujudnya masyarakat inklusi di Dusun Duwet, yang juga merupakan lokasi kantor SATUNAMA berada.

Kegiatan kerja sukarela ini diawali dengan mengumpulkan data lapangan di minggu pertama bersama ODM (Organisasi Difabel Mlati) yang diwakili Mas Doddy dan Mbak Ratna. Di antaranya adalah bertemu dengan Bapak Lurah Sendangadi, mengunjungi SLB Tegar Harapan, Rumah Autis Bintang Nuraini, dan mengunjungi anak-anak difabel yang tinggal di Dusun Duwet. Dusun Duwet ternyata memiliki tiga anak difabel. Salah satu dari mereka, bernama Reza (10 tahun) penyandang cerebral palsy dan belum pernah sekolah sama sekali karena orang tuanya harus bekerja. Reza juga hanya tinggal di rumah bersama kakek neneknya dan hampir tidak berinteraksi dengan anak-anak lain di lingkungannya.

Dari temuan tersebut, muncullah ide untuk memberdayakan pemuda yang tergabung di Karang Taruna Serdadu. Teman-teman mahasiswa Australia pun mengajak mereka untuk menjadi relawan “sobat anak” atau “kakak” bagi anak-anak Dusun Duwet melalui kegiatan bersama. Bentuk kegiatannya mungkin saat ini belum terpikirkan secara detail. Tapi setidaknya kita sudah punya database remaja dan pemuda yang bersedia meluangkan waktu untuk bermain bersama anak-anak, termasuk anak difabel. Data ini juga bisa diakses ODM jika sewaktu-waktu mereka membutuhkan relawan.

Para mahasiswa juga sempat mengunjungi YAKKUM di Jl.Kaliurang km 13,5 Sleman. Yayasan ini merupakan satu pusat kegiatan terpadu bagi difabel, meliputi tempat pelatihan keterampilan, sekolah bagi anak difabel, pusat fisioterapi, dan bengkel pembuatan alat bantu jalan. Yayasan ini didirikan pada tahun 1982 yang hingga kini berfokus pada advokasi hak warga difabel. Ketika ditanya kerjasama dengan pihak pemerintah, mereka memilih untuk langsung melakukan aksi daripada menunggu inisiasi pemerintah.

Langkah awal mewujudkan desa inklusi ternyata juga membutuhkan kampanye. Maka lahirlah ide pembuatan poster untuk membuka mata hati anak-anak Duwet agar mau bermain, belajar, dan hidup bersama teman-teman tanpa membeda-bedakan SARA dan kondisi fisik. Poster ini tentunya akan sangat berguna bahkan setelah para mahasiswa Australia meninggalkan Indonesia. Bisa juga digunakan oleh ODM, atau desa lain yang kelak membutuhkan.

Kegiatan di minggu akhir para mahasiswa adalah festival anak inklusi dengan tema “Menuju Dusun Ramah Anak” bertempat di halaman kantor SATUNAMA. Anak-anak Dusun Duwet baik anak normal maupun berkebutuhan khusus, termasuk Reza, menari dan menyanyi bersama para siswa SLB Tegar Harapan dalam festival ini. Pemandangan yang sangat indah dan diharapkan kegatan ini dapat dilakukan berkelanjutan. Perwakilan setiap elemen masyarakat juga mendapat poster kampanye hak anak, untuk ditempel di sekolah, rumah, dan lingkungan masing-masing.

Kita semua berharap langkah awal yang sederhana ini dapat berlanjut dan suatu saat benar-benar dapat mewujudkan desa ramah anak di Duwet. Mewujudkan masyarakat yang sadar akan hak partisipasi setiap anggota di dalamnya, tanpa membeda-bedakan kondisi fisik.

Ditulis oleh : Risa Karmida
Editor : Bima Sakti

Satu pemikiran pada “Langkah Mahasiswa Australia Mewujudkan Desa Inklusi”

Tinggalkan komentar