SATUNAMA Fasilitasi Disability Awareness Training Bagi Pelatih dan Calon Pelatih NPC DIY

Satunama.org.- Yayasan SATUNAMA Yogyakarta melalui Mental Health & Disability Institute of SATUNAMA (MHDIS) didapuk untuk memfasilitasi serangkaian kegiatan Disability Awareness bagi pelatih dan calon pelatih National Paralympic Committee(NPC) DIY.

NPC adalah organisasi olahraga penyandang disabilitas. Pada mulanya organisasi ini diberi nama Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC). Kemudian terjadi perubahan nama organisasi menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC).

Pada pertemuan General Assembly International Paralympic Committee (IPC) telah diputuskan bahwa gerakan dan kegiatan olahraga penyandang disabilitas harus menggunakan kata ‘paralympic’, karena semua olaharaga yang dinaungi IPC adalah olahraga prestasi. Bukan lagi olahraga rehabilitasi maupun olahraga rekreasi. Sejalan dengan keputusan tersebut, negara-negara anggota IPC termasuk Indonesia wajib mencantumkan kata ‘paralympic’ pada nama organisasinya.

Dalam rangka memajukan dunia olahraga penyandang disabilitas, NPC DIY menggandeng Yayasan SATUNAMA melalui MHDIS menyelenggarakan tes tertulis dan pelatihan pada Rabu, 27 April 2022 di Prime Plaza Hotel Jogjakarta, bersama fasilitator dari SATUNAMA, Karel Tuhehay dan Patrik Dyan.

Memperkuat Atlet Disabilitas.

Materi tes dan pelatihan yang diberikan seputar pengetahuan tentang NPC, Perspektif Disabilitas, Etika Berinteraksi dengan Disabilitas, Regulasi tentang Hak Penyandang Disabilitas, dan Aksesibilitas.

Pelatihan disability awareness dilakukan dengan metode presentasi, diskusi dan role play. Ketiga metode ini dipakai agar pelatih dan calon pelatih tidak sekedar memahami dari aspek teori saja tetapi dapat langsung melakukan praktik, terutama dalam mempelajari interaksi dengan penyandang disabilitas.

Role play yang dipraktikkan meliputi cara berinteraksi dan mendampingi disabilitas fisik dan disabilitas netra. Peserta yang terdiri dari pelatih dan calon pelatih ini berjumlah 50 orang. Mereka dibagi menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok ada yang berperan menjadi pendamping dan ada yang menggunakan kursi roda, kruk, dan tongkat (onemed).

“Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi pelatih dan calon pelatih agar memiliki perspektif dan ketrampilan yang lebih baik dalam mendampingi  atlet disabilitas.” Ujar Karel Tuhehay.

Mendampingi dan melatih atlet disabilitas tentu membutuhkan kemampuan dan pendekatan yang berbeda dan khusus. Dalam konteks itulah, NPC DIY kemudian bekerja sama dengan SATUNAMA yang dipandang telah memiliki kapasitas memadai dalam kiprahnya mendampingi kelompok disabilitas melalui Departemen Kesehatan Jiwa & Difabilitas SATUNAMA. [Penulis : Patrik Dyan/Penyunting : A.K. Perdana/Foto : Patrik Dyan]

Tinggalkan komentar