Mengulik Strategi Komunikasi Politik Efektif Melalui SPM

Satunama.org Kompetensi komunikasi politik adalah hal yang sangat diperlukan oleh politisi muda. Di tengah dinamika politik elektoral yang salah satu cirinya mengedepankan citra/image, pemahaman dan ketrampilan dalam komunikasi politik menjadi sangat penting.

Kemahiran dalam membuat dan menyampaikan pesan, serta memaksimalkan berbagai media komunikasi akan sangat menentukan keberhasilan dalam menyusun dan menjembatani komunikasi kepada pemilih, konstituen, dan masyarakat luas pada umumnya.

Berangkat dari hal tersebut, maka pengelola program Civilizing Politics for Indonesia Democracy (CPID) menyelenggaran Konsolidasi Kaukus Politisi Muda di Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan yang mengambil bentuk Special Course on Public Policy and Political Communication.

Kegiatan ini juga merupakan bagian dari penyelenggaran Sekolah Politisi Muda V Tingkat 1 yang menggunakan metode daring dan luring. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencapai dua hal ; pertama, memperdalam pemahaman peserta SPM V Level 1 tentang kompetensi Kebijakan Publik dan Komunikasi Politik, kedua memperluas jaringan/konsolidasi kaukus politisi muda dengan cara turut mengundang alumni CPID dan partai-partai politik yang berpotensi mendukung program CPID.

Komunikasi Politik Tidak Sekadar berkata-Kata

Kebutuhan akan komunikasi yang efektif tidak bisa dihindari dalam berbagai dinamika kehidupan, termasuk dinamika politik. Para aktor politik memberi perhatian dalam komunikasi politik, karena umumnya mereka sadar bahwa peran komunikasi sangatlah vital dalam karir politik seseorang, khususnya dalam menyampaikan gagasan politik.

Pakar Komunikasi Politik Dr. Gun Gun Heryanto dalam helatan Sekolah Politisi Muda V 2021 di Yogyakarta (7/9/21)

“Tujuan komunikasi politik antara lain adalah mengembangkan pemahaman, membangun respek. Dalam komunikasi politik harus menjaga politik jangka panjang maka jangan melihat orang lain sebagai ancaman. Tujuan lainnya adalah menumbuhkan niat baik bekerjasama internal dan eksternal. Kemudian juga ada tujuan mengontrol risiko kerusakan.” Demikian disebutkan Dr. Gun Gun Heryanto, pakar komunikasi politik, salah satu narasumber dalam penyelenggaraan SPM 5 di Yogyakarta, Selasa, (7/9/21).

Seperti lumrahnya aktivitas komunikasi pada umumnya, komunikasi politik juga memiliki beberapa faktor yang menentukan keberhasilan komunikasi. Tujuan – tujuan komunikasi akan lebih optimal dicapai jika faktor-faktor tersebut dapat diterapkan dalam praktik komunikasi.

“Paling tidak ada 5 item. Pertama Who, siapa yang menyampaikan. Ini tentunya sang kandidat politik. Kedua, say what, pesan apa yang disampaikan. Narasinya harus jelas dan mudah dipahami. Kemudian, pesaannya harus konsisten. Juga harus ada koherensi atau kepaduan. Koherensi material, konsisten kemarin bicara apa sekarang bicara apa, koheren structural, ada benang merahnya, koheren karakterologis, padu dengan perilaku pembicara.”

Gun Gun juga kemudian memaparkan pentingnya faktor which channel, media apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan, serta faktor to whom kepada siapa pesan disampaikan dan dampak apa yang diharapkan dari komunikasi tersebut atau disebut denganwhat effect.

“Jadi repot kalau seorang politisi udah merasa paling pinter. Kalau politisi sudah merasa paling pinter itu adalah tanda akan kalah. Jadi harus ada kemauan untuk dapat berkomunikasi dengan cerdas. Namanya adalah information intelligent. Dia harus punya rasa dan kemauan soal itu.” Tegas Gun Gun.

Marketing Politik Berbasis Konstituen

Bahasan mendasar tentang komunikasi politik menjadi selaras dengan tujuan yang didorong dalam Sekolah Politisi Muda. Hal ini juga terkait dengan marketing politik yang menentukan sukses tidaknya seorang politisi dalam membangun karir politiknya.

Marketing politik sebagai upaya mempengaruhi massa menjadi bekal yang harus dimiliki oleh seorang politisi, baik dalam konteks publisitas politik yang dapat dilakukan sewaktu-waktu, maupun dalam menjalani kampanye yang berbatas waktu, biasanya saat menjelang pemilihan.

“Ukuran sukses marketing politik ada dua yakni voting (raihan suara)dan efektivitas power (kekuatan politis). Para politisi yang maju dalam kompetisi electoral itu bisa ada yang mendapatkan dua-duanya. Tapi ada juga yang hanya dapat voting tapi nggak dapat efektivitas power. Ada yang gagal di voting tapi dapat efektivitas power.” Demikian Gun Gun.

Hal lain yang juga patut mendapat perhatian dalam peta politik di Indonesia adalah konfigurasi pemilih di Indonesia. Gun Gun menyebutkan bahwa konfigurasi pemilih Indonesia yang tergolong rasional voter hanya sekitar 16%. Sementara proporsi terbesar sekitar 60% adalah general public yang permisif dengan money politic.

“Riset saya juga menunjukkan 70% permisif money politics. Meski begitu ternyata ada juga politisi yang hanya keluar dana sedikit dan menang. Saya punya success story yang seperti ini. Yang dengan modal terbatas tidak sebesar modal yang lainnya tapi menang. Jadi sebenarnya menang tanpa politik uang itu bisa saja terjadi.” Cerita Gun Gun

Karenanya, Gun Gun menekankan pentingnya keterlibatan konstituen, Marketing politik tanpa melibatkan komunitas atau konstituen dapat berpotensi memberikan hasil yang tidak optimal. Setidaknya ada tiga cara yang bisa digunakan untuk melibatkan konstituen atau komunitas dalam marketing politik.

Community empowerment, bikin program bersama jangka panjang, kemudian community relation, datang ke komunitas atau konstituen, silaturahmi, bikin dialog dengan mereka, lalu juga community services, dalam konteks pandemi misalnya bikin rapid test, pelayanan fasilitas untuk isoman. Kalau tiga ini dijalankan, ini akan menekan biaya.” Demikian tips dari Gun Gun, sembari menyebutkan bahwa pengakuan media baik media sosial maupun media mainstream juga tidak bisa diabaikan. Hal ini untuk menambah bobot impresi.

“Targetnya adalah Good communicative performance. Jelas apa yang dikerjakan dan apa tujuannya. Hal inilah yang bisa memunculkan penerimaan dan dukungan publik. Kalau orang sudah percaya, maka itu tidak perlu dibeli, juga kadang-kadang tidak perlu uang. Kalau relasinya kuat, ini harus dijaga sampai akhir.” Saran Gun Gun.

Melengkapi paparannya, Gun Gun juga menyinggung tentang pentingnya data dalam komunikasi politik.  “Jangan pernah melangkah tanpa riset dan pemetaan. Ini dapur dari mekanisme komunikasi politik khususnya kampanye. Setelah riset ada personal branding, bagian dari manajemen kandidasi yang harus dipertahankan. Kemudian juga harus ada manajemen komunikasi yang disupport oleh manajemen organisasi. Harus punya struktur organisasi pemenangan yang kompatibel dan dikelola secara profesional.” Pesan Gun Gun.

Terakhir, Gun Gun menyarankan untuk dilakukan monitoring dan evaluasi atas seluruh proses. “Kita kadang-kadang menghadapi orang yang main jual suara, ada juga pencurian suara. Maka skema ini harus utuh. Alur ini harus dicek apakah sudah dipenuhi atau belum. Kalau sudah dipenuhi optimal dan masih gagal, nah bisa dievaluasi lagi, tidak apa.” Demikian Gun Gun.

Komunikasi politik semestinya dipahami sebagai suatu proses komunikasi yang memiliki dampak atau konsekuensi terhadap aktivitas politik. Hal inilah yang membedakan komunikasi politik dengan komunikasi lainnya, seperti komunikasi bisnis dan komunikasi organisasi. Perbedaanya ada pada pesan, baik muatan maupun sasaran. Dalam komunikasi politik, pesan yang disampaikan pastinya bermuatan politik dan untuk kepentingan publik. Dengan penguasaan teori dan skill sebagai seorang komunikator politik yan baik, diharapkan kepercayaan rakyat kepada para politisi akan semakin menguat. [Penulis : A.K. Perdana / Penyunting : Bima Sakti & Makrus Ali / Foto : Bima Sakti]

Tinggalkan komentar