Ingin Bangun Ecowisata, CV. Aster Malang Belajar Pendekatan Kerangka Kerja Logis di SATUNAMA

Satunama.org – Logical Framework Approach (LFA) atau Pendekatan Kerangka Kerja Logis merupakan sebuah metode penyusunan dan pengembangan project yang banyak digunakan secara internasional. Metode ini menjadi penting karena dipandang mampu menyuguhkan secara komprehensif tahapan-tahapan pra project, pelaksanaan project hingga pengembangan project sehingga tujuan yang dicanangkan dalam project tersebut dapat tercapai.

Hal tersebut yang kemudian mendorong berbagai perusahaan dan lembaga untuk belajar tentang LFA. Yayasan SATUNAMA Yogyakarta sebagai sebuah lembaga pengembangan kapasitas pun ikut mengembangkan LFA. Selain digunakan secara internal, SATUNAMA juga mengaplikasikan LFA dalam bentuk pelatihan kepada banyak mitra dan lembaga yang membutuhkan.

Salah satunya adalah CV. Aster Malang. Perusahaan yang bergerak di industri kosmetika dan fashion di Kota Malang ini berencana mengembangkan kemampuan pengelolaan aktivitasnya dengan menggunakan metode LFA.  Oleh karenanya, mereka kemudian mengikuti Pelatihan LFA dan Fundraising yang difasilitasi oleh SATUNAMA. Pelatihan berlangsung di Balai Pelatihan SATUNAMA Yogyakarta selama 5 hari sejak Kamis (4/3/21) dan berakhir pada Rabu (10/3/21) bersama fasilitator Methodius Kusumahadi.

Pelatihan dimaksudkan sebagai bekal mengembangkan sebuah rencana pengelolaan potensi daerah berbasis pertanian. “Kami bermaksud bergerak mengelola potensi daerah di Malang, tepatnya ke pertanian dengan rencana membuat sarana ecowisata.” Tutur Agus Endra Suharno, Pemilik CV. Aster Malang saat ditemui Satunama.org di sela-sela pelatihan, Jumat, (5/3/21).

Tidak hanya ecowisata, Agus juga berencana membuat budidaya pertanian organik yang hasilnya akan dapat lebih dinikmati oleh para petani. Agus melihat selama ini petani sering tidak mendapatkan hasil yang seharusnya mereka dapatkan. Dan ini membuat minat orang di bidang pertanian menurun. “Jumlah petani kita menurun. Padahal jumlah penduduk makin banyak. Ini kan tidak imbang.” Katanya.

Sadar bahwa rencananya membutuhkan berbagai persiapan yang matang, Agus kemudian mengajak beberapa rekannya di CV. Aster Malang untuk ikut dalam pelatihan LFA dan Fundraising di SATUNAMA. “Sebelumnya, beberapa waktu lalu saya sempat ikut pelathan daring SATUNAMA tentang Strategic Planning, dari situ saya jadi ingin tahu lebih jauh tentang pengelolaan sebuah project.” Kesan Agus.

Kerangka Kerja Berbasis Logika

Sebuah program atau project memang membutuhkan desain perencanaan, eksekusi dan pengawasan yang teliti dan realistis. Sebagai sebuah alat, LFA dikenal memiliki kemampuan yang komprehensif untuk mengawal seluruh perjalanan program atau project. Dalam sejarahnya, LFA dikembangkan dan digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh U.S Agency for International Development (USAID) yang mengimplementasikannya di banyak negara pada dekade 1970an. Saat ini, LFA banyak digunakan oleh berbagai lembaga donor, termasuk oleh perusahaan-perusahaan sektor swasta.

Pelatihan LFA diadakan bersama Fasilitator Methodius Kusumahadi atau Pak Meth.

“LFA ini basisnya bersifat logis. Yaitu sebab akibat. Secara umum bisa dilihat dari level aktivitas menuju perubahan jangka pendek, menuju outcome jangka menengah, perubahan jangka panjang sampai ke level mempengaruhi publik. Semuanya saling terkait.” Ujar Fasilitator Methodius Kusumahadi sembari menjelaskan bahwa secara khusus terdapat 8 tingkat analisis dan tahapan dalam LFA dari sejak aktivitas hingga tujuan atau goal utama.

Methodius Kusumahadi atau akrab disapa Pak Meth melihat rencana pembangunan ecowisata CV. Aster sebagai sebuah rencana yang harus didukung oleh desain fondasi dan pengembangan yang akurat. “Dengan perubahan iklim, udara sehat menjadi penting. Saat ini kita sudah agak sangsi dengan kemurnian udara kita. Maka semua institusi di dunia sekarang  memperhatikan itu.” Ujar Pak Meth.

Menurut Pak Meth, hal yang juga perlu diperhatikan dalam rencana pembangunan ecowisata adalah membuat rencana jangka panjang dengan desain investasi dan jaringan yang optimal serta keberpihakan pada situasi kontemporer. “Kita bicara juga tentang perubahan iklim, pertanian, nelayan sampai soal bagaimana menggarap lingkungan.” Tuturnya.

Dengan menggunakan LFA, seluruh perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan akan juga bersinggungan dengan berbagai isu terkait yang mempengaruhi project yang dikerjakan. Sebab situasi eksternal akan sangat mempengaruhi dinamika perjalanan sebuah project. “Itu sebabnya perlu ada strategi, indikator pencapaian, verifikasi hasil dan juga pertimbangan atas asumsi dan resiko yang mungkin muncul dalam pelaksanaan project atau program.” Papar Pak Meth.

Rencana Agus dan rekan-rekannya di CV. Aster Malang dalam mengembangkan potensi wisata di Malang tentu merupakan sebuah rencana yang membutuhkan jangka waktu tidak singkat sampai kepada terwujudnya tujuan mereka. Agus melihat bahwa belajar LFA di SATUNAMA sebagai sebuah investasi awal yang nantinya akan dapat dia gunakan untuk rencana besarnya tersebut.

“Waktu saya pertama kali tahu tentang LFA, saya langsung merasa bahwa ini yang saya cari. Sebuah paket lengkap dari sejak planning, action hingga monitoring sampai ke development ada semua. Ini cocok untuk rencana kami ke depan.” Kata Agus sembari menjelaskan bahwa dia juga berencana mendirikan sebuah lembaga untuk mewadahi kerja-kerja sosial yang akan dilakoninya kelak.

Agus juga melihat bahwa Logical Framework Analysis (LFA) bisa digunakan untuk membedah kebutuhan yang ada di perusahaan atau organisasi. Dari sana, sumber daya manusia perusahaan akan terbantu untuk merumuskan arah dan program perusahaannya.

“LFA ini sangat komprehensif. Sisi internal dan eksternal dari diri kita dan perusahaan kita pun juga tidak luput menjadi pertimbangan. Makanya ini penting sebagai bekal bagi kami untuk memulai langkah.” Tutup Agus. [Penulis : A.K. Perdana/ Editor : Bima Sakti/ Foto : Debora Ratri]

Tinggalkan komentar