Leluhur Dalam Paradigma Penghayat Kepercayaan

Satunama.org – Tuhan dalam pengertian Penghayat Kepercayaan adalah entitas tertinggi, yang luas dan berkuasa. Memaknai Tuhan maka tidak bisa dilepaskan dari sarana untuk mencapainya. Jika di agama-agama dikenal nabi, di Kristen ada dikenal mesias, maka di komunitas agama leluhur, sarana mencapai Tuhan itu adalah leluhur sendiri. Konsep ini tekonfirmasi dalam video conference dengan 3 (tiga) orang perwakilan Kepercayaan/ Agama Leluhur yaitu Umbu Remi dari Marapu, Gabriel Sinaga dari Golongan Si Raja Batak, dan Sukma Dewi Nawang Wulan dari Medal Urip.

Leluhur Merupakan Personifikasi

Argo Twikromo, Antropolog Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dalam menjelaskan konsep leluhur, berpendapat bahwa leluhur adalah personifikasi dari entitas yang dihormati, yang pernah hidup dan berpengaruh terhadap eksistensi kehidupan manusia. Leluhur sebenarnya bisa ditempatkan sebagai perantara ketika berdoa dengan Tuhan.

Personifikasi Tuhan dalam Agama Lokal sangat jauh dan abstrak, ketika mereka menganggap Tuhan abstrak maka dibutuhkan sesuatu yang lebih konkret, maka leluhur dianggap lebih konkret dan mampu menyampaikan apa yang menjadi doa kepada Tuhan. “Agama Lokal merupakan agama yang sangat cerdas terlihat dari bagaimana memahami alam, bagaimana mengelola kehidupan, menata kehidupan secara horizontal dan vertikal dengan Tuhan” ujar Argo.

Argo mengambil contoh dari Agama Marapu, dimana konteks Tuhan tidak boleh disebut sembarangan karena mereka menganggap Tuhan adalah sosok yang sangat suci. Konsep yang digunakan masyarakat Marapu adalah si bermata besar si bertelinga lebar artinya Maha Tahu, Maha Melihat, dan Maha Mendengar. Pengertian yang demikian jarang bisa masuk dalam dunia modern, karena konteks dulu banyak yang tidak diterima oleh alam pikiran modern dan kontemporer, dianggap berjarak dari logika yang matang. Hal ini juga disumbang oleh konstruksi akademik. Pelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi seringkali abai dalam membangun pengetahuan yang hidup dan diyakini oleh para penganut Agama Lokal.

Leluhur Merupakan Pewaris Nilai Penurun Tradisi

Pendapat Argo Twikromo dipertegas oleh Noor Sudiyati dari Paguyuban Hardo Pusoro. Noor menjelaskan bahwa keberadaan leluhur memang sangat dihormati dan penting. Leluhur berperan penting dalam mewariskan tradisi dan nilai- nilai turun- temurun. Pentingnya peran leluhur dalam pengalaman Noor sangat dekat dirasakan berkat ajaran orang tuanya.

Ajaran orang tua dianggap sebagai pedoman luhur dalam laku spiritualnya. Salah satu ajaran orang tuanya adalah proses dialog dengan Sang Pencipta. Dialog yang intim dan sangat personal. Para penghayat punya waktu tersendiri untuk manembah atau berdialog dengan Sang Pencipta. Tradisi manembah ini biasanya dilakukan tengah malam dan di tempat terbuka. Berdoa di tempat terbuka punya daya tersendiri bagi penghayat. Relasi antara raga, jiwa dan alam yang menyatu sebagai ungkapan syukur atas keagungan Sang Pencipta. Hal ini menegaskan konsep Tuhan sebagai segala sesuatu yang ada dan hidup di sekitar kita sekaligus di dalam diri.

Penulis: Puti Ayu Anandita

Tinggalkan komentar