Demokrasi, Demos & Politisi Muda : Kenangan SATUNAMA Pada A.E. Priyono

Adanya partai politik tidak kemudian berbanding lurus dengan tumbuhnya demokrasi, justru partai politik itulah yang menjadi biang masalah dari demokrasi itu sendiri

A.E. Priyono

Satunama.org – Sepenggal kata kutipan dari A.E. Priyono saat memaparkan pendapatnya tentang Analisis dan Proyeksi Demokrasi Indonesia 5 Tahun ke Depan dalam Workshop Penyusunan 5 Tahun Program CPID Yayasan SATUNAMA Yogyakarta pada 13-14 November 2019 di Kelas Besar, Yayasan SATUNAMA Yogyakarta.

Pernyataan A.E. Priyono tersebut membuat suasana workshop tersebut hening sejenak, dan peserta satu sama lain saling menatap muka sambil takjub dan kaget atas argumen tersebut. Apalagi yang hadir adalah beberapa perwakilan pimpinan pusat Partai Politik, para ahli dan akademisi ilmu politik, dan juga para politisi muda.

Tambah lagi, A.E. Priyono juga mengkritik banyak pihak yang beranggapan bahwa demokrasi di negeri ini taken for granted, padahal kita lupa embrio demokrasi itu tidak pernah kita hidupkan, yaitu “demos”. Tugas partai politik dan politisi muda adalah menghidupkan demos bukan melayani oligarki, itu mandat demokrasi esensial, jadi saya belum bisa mengatakan bahwa partai politik maupun politisi muda hari ini sudah benar-benar mendorong demokrasi di negeri ini, ungkap A.E. Priyono.

Terlepas dari pro-kontra argumen A.E. Priyono tersebut, tapi itu penilaian dari sosok aktivis dan intelektual senior yang sudah bereksperimen beragam program demokrasi di negeri ini hampir 20 tahun. Mulai sejak dia aktif di DEMOS, Litbang Republika, LP3ES maupun terlibat dalam program CEFIL SATUNAMA pada awal 2000-an.

Torehan jejaknya di program CEFIL dan CPID SATUNAMA menjadi lilin bagi para calon pemimpin aktivis muda saat itu dan politisi muda saat ini yang menjadi alumni dari kedua program tersebut.

Pesan A.E. Priyono ke pemimpin muda yaitu tingginya posisi karir politik pemimpin muda jika dia tidak mampu membangun demos, maka sama saja menjauhkan antara rakyat dengan demokrasi itu sendiri, dan oligarkilah akhirnya penikmat demokrasi tersebut. Selamat Jalan Mas AE Priyono.
[Penulis: M. Zuhdan, Editor: Bima Sakti]

Tinggalkan komentar