Pengetahuan Transformatif Berbasiskan Pembelajaran Program

Satunama.org – Membuat sebuah laporan dari program yang telah dilaksanakan menjadi hal wajib. Para pekerja LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) tentunya memilki banyak pengalaman dalam membuat laporan program. Selain menjadi kewajiban, laporan pun bermanfaat untuk pengembangan organisasi ke depan. Pencapaian, hambatan, dan kegagalan menjadi referensi penting dalam pelaksanaan program baru.

Namun ada aspek lain yang belum terjamah dari sebuah laporan yaitu sebagai media pembelajaran untuk publik di luar organisasi. Nyatanya, banyak laporan yang tidak terpakai setelah project selesai. Padahal data-data, atau fakta yang ditemukan di lapangan dapat diolah menjadi produk pengetahuan dalam bentuk yang berbeda.  Bukan sekadar menjadi sebuah laporan.

Pembelajaran Program

Temuan-temuan selama pelaksanaan program dapat diolah menjadi tulisan transformatif, misalnya dalam bentuk opini. Basis data yang kuat selama pelaksanaan program menjadi modal penting dalam membuat tulisan-tulisan transformatif. Mengolah data dan fakta tersebut dalam sebuah tulisan menarik untuk dikirimkan ke media massa memang menjadi tantangan tersendiri, namun cukup penting dikembangkan oleh organisasi seperti LSM.

Publik akan mendapatkan pembelajaran berkat tulisan-tulisan tersebut di media massa, meskipun mereka tidak tersentuh secara langsung oleh program yang dilaksanakan. Tidak lebih tidak kurang karena aspek pembelajaran dari sebuah program sangatlah penting baik untuk pihak luar (eksternal), maupun lembaganya sendiri (internal).

Sebuah tulisan transformatif dapat memuat kisah perubahan. Kisah perubahan seperti apa yang dibutuhkan dalam menulis artikel transformatif? Tentu perubahan positif yang perlu diceritakan dari perjalanan program. Perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pelaksanaan program yang memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. Organisasi seperti LSM tentu memiliki banyak temuan tentang perubahan-perubahan tersebut.

Berpihak Kepada Marjinal.

Menulis sebuah artikel transformatif untuk media massa harus betul-betul mengandung sisi human interest. Dengan demikian gaya tulisannya pun lebih ringan dengan gaya bercerita. Berbeda dengan bahasa laporan. Meskipun kisah atau fakta yang diceritakan sama. Judul tulisan transformatif pun harus mengundang keingintahuan pembaca dan mengandung kata kunci yang mengisyaratkan adanya perubahan.

Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam membuat sebuah artikel transformatif antara lain lead artikel yang paralel dengan close statement, memiliki dampak sosial yang tinggi, penggunaan testimoni yang menggugah. Kemudian jika tulisan akan dimuat di media massa, perlu juga memahami kebijakan redaksi sebuah media massa agar tulisan dapat dimuat di media tersebut.

Jka dituliskan dalam bentuk opini, maka perlu menyertakan data-data lain selain yang dimiliki lembaganya sendiri. Hal ini untuk memperdalam isi sebuah opini. Juga diperlukan adanya ketajaman analisis dalam menulis sebuah opini. Penambahan teori-teori yang relevan pun sangat diperlukan dalam menulis opini.

Perlu dijadikan titik tekan adalah pemilihan angle tulisan yang harus berpihak pada kelompok marjinal. Hal ini penting jika dikaitkan dengan agenda pembangunan inklusif yang manfaatnya dapat dirasakan oleh segala kelompok warga negara, tak terkecuali kelompok warga negara marjinal.

Apabila output dari sebuah program dapat dibuat ke dalam bentuk tulisan transformatif yang berpihak kepada kelompok warga negara marjinal, maka publik atau pembaca akan mendapatkan pengetahuan baru yang sangat mungkin dapat mengubah perspektif mereka terkait prioritas pembangunan yang proporsional.

Keterampilan inilah yang harus terus didorong untuk dilakukan oleh organisasi seperti LSM. Atas dasar itu pula SATUNAMA telah melakukan program Lokalatih Penulisan Laporan Dengan Pendekatan Pengelolaan Pengetahuan untuk mengakomodir kebutuhan tersebut. [Yosef Guelbertus E. Weking / Editor : A.K. Perdana / Gambar : Pengetahuanku13.net]

Tinggalkan komentar