Gerakan Revolusi Mental, Bangun Karakter Bangsa

Solo (26/08/17) – Revolusi Mental adalah gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama Pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa menjadi Indonesia menjadi lebih baik. Kemenko PMK menyelenggarakan kegiatan Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental pada 25-27 Agustus 2017 di Solo, Jawa Tengah. Gerakan yang telah dimulai sejak akhir 2014 ini merupakan evaluasi pelaksanaan gerakan revolusi mental yang diinisiasi pemerintah.

SATUNAMA melalui Program Peduli hadir dalam kegiatan ini terkait dengan upaya menggaungkan inklusi sosial agar makin dikenal oleh khalayak, dan diharapkan praktik baik dari inklusi social yang diinisiasi oleh Program Peduli dapat pula diimplementasikan di wilayah lain. Hingga saat ini, inklusi sosial telah menjadi rekomendasi rembuk nasional.

Program Peduli terlibat dalam kegiatan Workshop Indonesia Bersatu dan Rembuk Nasional yang sebagian besar difasilitasi oleh narasumber dari pemerintah. Workshop Indonesia Bersatu bertujuan untuk menceritakan nilai dan praktek baik dari implementasi Program Peduli.

Di hari kedua digelar acara Rembuk Nasional dengan lima tema yang diusung, yaitu Indonesia melayani, Indonesia bersih, Indonesia tertib, Indonesia mandiri, dan Indonesia Bersatu. Program Peduli terlibat dalam dua rembuk nasional, yaitu Indonesia Melayani dan Indonesia Bersatu.

Acara dilanjutkan dengan workshop pararel dalam lima kelompok tema tersebut. SATUNAMA bersama dengan mitra CSO yang hadir, yaitu Yasalti (Sumba Timur) dan Aliansi Sumut Bersatu (Medan) tergabung dalam workshop Indonesia Bersatu.

Narasumber dalam workshop adalah Nggay Mehang Tana (Marapu Sumba), Putu (Komunitas Hindhu Oibura Tambora), serta Arifin (Dukcapil Kabupaten Bima). Sesi workshop ini difasilitatori oleh Frans Tugimin (Pengawas dan mantan Direktur SATUNAMA). Beberapa narasumber dalam presentasinya menjelaskan tentang aliran kepercayaan serta permasalahan eksklusi yang dihadapi selama ini.

Di hari terakhir, agenda utama yang diselenggarakan adalah pameran, serta pemutaran dan diskusi film Bulan di Atas Kuburan karya Dirmawan Hatta yang bercerita tentang kondisi bangsa Indonesia. Hadir sebagai pembedah adalah Dirmawan Hatta, Sutradara Garin Nugroho, serta Mantan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto.

Ada beberapa catatan menarik terkait penggunaan film sebagai media penyampaian pesan moral. Budaya sangat efektif untuk menyampaikan pesan perubahan sosial, namun tetap perlu menyesuaikan dengan target penerima pesan tersebut. Dalam konteks tersebut, pemilihan media yang tepat menjadi sangat penting. Kebebasan menggunakan media harus dilengkapi dengan pengetahuan, ketrampilan, dan etika.

Rangkaian kegiatan Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental ini menghasilkan beberapa catatan penting diantaranya adalah perlu memperbanyak simpul-simpul gerakan inklusi dari aspek komunitas, hal ini bertujuan untuk memperbanyak forum pejuang inklusi di daerah-daerah.

Kegiatan ini juga menjadi penting bagi Program Peduli karena menjadi langkah strategis dan bermanfaat untuk meningkatkan sinergitas dalam implementasi inklusi sosial secara lebih luas, seperti adanya peluang kerja sama yang ditawarkan oleh Kemenpan RB dan kemendagri terkait penguatan inklusi social kedepannya.

SATUNAMA dan mitra Program Peduli memiliki pekerjaan rumah dalam implementasi gerakan revmen kedepan, diantaranya adalah mendorong mitra CSO untuk masuk dan terlibat langsung dalam pembentukan Gugus Tugas Revmen di daerah dampingan program, serta memperkuat mitra CSO untuk mendokumentasikan nilai dan praktek baik komunitas sebagai bukti gerakan revolusi mental yang dilakukan oleh masyarakat sipil.

Gerakan Revolusi Mental merupakan upaya kebangkitan Nasional untuk bisa melepaskan diri dari jebakan degradasi mental yang dialami bangsa Indonesia saat ini, sehingga ini menjadi momentum baik bagi upaya membangun karakter bangsa yang kuat dan berbhineka tunggal ika. (Melya Findi/SATUNAMA. Foto : Tim Peduli TAF)

Tinggalkan komentar