Menulis Penting Bagi Politisi

Kompetensi menulis sebaiknya menjadi kemampuan yang tak terpisahkan dari figure seorang politisi. Sebab politisi harus memiliki gagasan dan perlu diwujudkan secara konkrit. Lewat tulisan gagasan tersebut bisa dikonsumsi oleh orang banyak.

Bahasan tersebut muncul dalam sesi menulis opini bagi politisi dalam kelas Komunikasi Politik Sekolah Politisi Muda II Angkatan III di Yayasan SATUNAMA, Kamis (24/8). Hadir sebagai narasumber adalah Dr. Gun Gun Heryanto, pengajar Komunikasi Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bagi politisi menulis opini pada akhirnya tidak hanya sekadar menjadi sarana mempublikasikan gagasan. Namun juga berupaya untuk terlibat dalam perbincangan publik, mengkonstruksi realitas, serta sebuah bentuk analisis, sikap atau pandangan pribadi sang politisi.

“Menulis itu sangat luas cakupan dan resonansinya. Gagasan yang awalnya abstrak, berada di alam pikiran perlu dikonkritkan lewat media tulisan. Menunjukkan usaha untuk membentuk realitas yang dipahami dan diyakini.” Kata Gun Gun.

Menurut Gun Gun, menulis juga harus memiliki nilai berita agar tulisan tersebut dapat dimuat di media massa. Dosen muda ini kemudian menyebutkan beberapa ciri tulisan opini yang memiliki potensi untuk diangkat di media massa.

“Tulisan harus memuat sisi human interest. Yang menyentuh nilai kemanusiaan. Kemudian tulisan juga harus sesuai dengan karakter media massa yang dituju. Setiap media memiliki karakternya masing-masing dan ini penting diketahui oleh si penulis.” Katanya.

Isu yang ditulis juga sebisa mungkin merupakan isu yang tengah hangat di masyarakat. “Isu yang ditulis juga harus aktual dan yang juga tidak kalah penting adalah tulisan harus memuat data dan rujukan agar argumentasinya lebih kuat.” Ujar Gun Gun sembari mengingatkan para peserta untuk tidak menulis tanpa data yang jelas dan akurat.

Pada jangka panjang, aktivitas menulis bagi politisi akan dapat menunjang karirnya dalam dunia politik. Menulis adalah sebuah modal sosial. Politisi yang menulis akan memiliki modal soal yang lebih besar ketimbang politisi yang tidak menulis. Identitas sosial seorang politisi akan semakin kuat lewat produktivitas tulisannya.

“Politisi yang menulis akan menambah modal sosialnya dan dalam jangka panjang akan mensolidkan karakter dan mematangkan mental. Sangat berbeda politisi yang menulis dan yang tidak menulis, terutama dari sisi public trustnya.” kata Gun Gun.

Selain memberikan materi tentang tehnik menulis opini, Gun Gun juga memandu para peserta untuk melakukan praktik menulis. Setiap peserta kemudian menghasilkan satu buah tulisan opini yang dianggap layak untuk dapat diterbitkan di media massa.

Sekolah Politisi Muda (SPM) II Angkatan III berlangsung sejak Selasa (22/8) hingga Sabtu (26/8) di Yayasan SATUNAMA Yogyakarta. Sebanyak 24 politisi muda yang berasal dari lintas partai politik di enam provinsi terlibat aktif.

Mereka sebelumnya telah pula mengikuti SPM I pada 26 April – 2 Mei 2017. Materi SPM II merupakan pendalaman terhadap materi yang sebelumnya diberikan dan diperkenalkan pada SPM I. Diharapkan dari Sekolah Politis Muda II ini para politisi akan dapat berkiprah berdasarkan nilai dan etika politik demokratis. (A.K. Perdana/Foto-foto : Valerianus B. Jehanu/SATUNAMA)

Tinggalkan komentar