Politisi Harus Bersih Sejak Awal

Dalam politik, aktivitas lobi dan negosiasi menjadi salah satu hal yang tak bisa dipisahkan. Lobi dan negosiasi utamanya dalam politik hendaknya memiliki tujuan yang jelas untuk kepentingan masyarakat. Bahasan itu muncul dalam Kelas Politik Cerdas Berintegritas (PCB) Provinsi Sumatera Utara bersama narasumber Luluk Nur Hamidah,  Sekjen DPP Perempuan Bangsa PKB pada Selasa, (8/7) di Emerald Garden International Hotel, Medan.

Luluk menegaskan bahwa dalam negosiasi, pihak-pihak yang terlibat harus tahu tujuannya bernegosiasi. “Satu hal yang paling penting adalah kita mesti tahu apa yang menjadi kepentingan untuk bernegosiasi. Seorang negosiator itu sudah melakukan segenap kegiatan intelijen. Dia kumpulkan informasi. Jadi ketika datang ke ruang negosiasi dia punya kartunya dan bisa memainkannya. Ini merupakan kegiatan yang butuh informasi, ketelitian. Ketika kalah di informasi ya kita pasti kalah di meja perundingan.” Ujar Luluk.

Dalam politik juga negosiasi diperlukan. Ada keputusan yang cocok, ada win-win solution, ada kepentingan lain yang ingin menolak juga. “Kalau mau main menang kalah itu biasanya yang terjadi malah konflik. Tidak akan ada kesepakatan kalau masing-masing pihak terus-terusan bertahan.” Kata Luluk.

Penting untuk diingat bahwa negosiasi bisa berhasil karena adanya matching personalities. Maka penting untuk menentukan negosiator yang cocok untuk sebuah kepentingan. Kita perlu memutuskan seseorang yang lebih kurang cocok dengan orang yang akan dihadapi. “Misalnya orangnya suka traveling, nah negosiatornya lebih kurang juga harus suka traveling. Dia bisa gunakan hobi yang sama ini untuk mempengaruhi.” Demikian tips dari Luluk.

Dalam soal pencapaian, Luluk menerangkan bahwa negosiasi juga harus mempertimbangkan kemungkinan hasil yang akan didapat, terlebih jika itu berkaitan dengan perwujudan kepentingan orang banyak.  “Ada target yang paling tinggi.Kemudian kalau misalnya kita nggak bisa dapat seluruhnya, kita bisa usahakan sebagiannya. Kemudian kalau itu juga susah didapat, minimal ada recognize the minimum. Paling tidak kita dapat hasil, meski hanya sedikit. Jadi kita tidak kehilangan semuanya.”

Sementara untuk lobi, Luluk menyarankan bahwa praktik lobi dilakukan secara legal. Lewat jalur yang bersih dan tidak menimbulkan persekongkolan yang bertujuan mementingkan diri sendiri. “Saya tidak menyarankan teman-teman melakukan lobi yang illegal. Kalau kita orang yang beriman, pasti paham bahwa cara yang buruk akan membawa hasil yang tidak baik. Atau dalam istilah lain tidak akan berkah.” Ujarnya.

Para peserta PCB diharapkan dapat menjadi figur yang bersih dari sejak awal, sehingga ketika mereka masuk ke dalam semesta politik, kiprahnya bisa independen sebagai politisi. Tidak ada bayang-bayang ketakutan masa lalu karena sebelumnya pernah berbuat hal yang tidak bersih. Hal ini juga berpengaruh terhadap kredibilitas seseorang dalam melakukan lobi dan negosiasi.

“Maka kalau masuk parpol pastikan kalian bersih dari awal. Jangan ada catatan buruk apapun dalam hidup kalian. Saya bisa bicara begini karena saya tidak punya catatan buruk. Saya clear. Itu hal nyata yang harus kalian lakukan, supaya kelak lebih percaya diri dalam melakukan lobi dan negosiasi, dan mumpung teman-teman ini masih muda. Harus bersih, clear dan berintegritas sejak awal.” Saran Luluk sebelum menutup sesinya.

Selain menghadirkan narasumber, sesi kelas ini juga mengadopsi game yang bertujuan untuk semakin memberikan pemahaman dan pengalaman melalui simulasi lobi dan  negosiasi kepada para peserta. Kelas Politik Cerdas Berintegritas (PCB) Provinsi Sumatera Utara digulirkan sejak Senin (7/8) hingga Kamis (10/8). Sebanyak 29 peserta yang terbagi dalam dua kelas, siswa (14 orang) dan mahasiswa (15 orang) berproses bersama dua fasilitator, I Gede Edi Purwaka dan Triwahyu KH. (A.K. Perdana/Foto-foto: Izzul Albab dan Valerianus B. Jehanu/SATUNAMA)

Tinggalkan komentar