Bermusik Untuk Keberagaman

Yogyakarta dikenal sebagai kota yang terus merawat nilai-nilai kebudayaan, memberi ruang bagi keberagaman, toleran dan terbuka terhadap perbedaan. Selain sebagai kota pendidikan, Yogyakarta juga menjadi barometer dan miniatur Indonesia dengan segala keragamannya. Namun akhir-akhir ini semakin marak aksi kekerasan mengatasnamakan suku, agama, ras dan golongan tertentu di wilayah kota ini.

Kondisi tersebut menjadi perhatian khusus dalam acara Workshop Keberagaman yang diadakan oleh Yayasan SATUNAMA pada Sabtu (4/2) dan Minggu (5/2) di Balai Latihan SATUNAMA. Workshop mengajak remaja perorangan atau kelompok di Kota Yogyakarta untuk memiliki pemahaman dalam mengelola keberagaman dengan menggunakan musik sebagai media ekspresi. Peserta berasal dari berbagai daerah di wilayah Kota Yogyakarta antara lain Gampingan, Badran, Karangwaru, Tejokusuman, Pingit dan Jogoyudan.

“Teman-teman ini dikumpulkan dalam rangka belajar musik, workshop musik, membuat musik dan lagu serta menambah pengetahuan, belajar tentang yang namanya keberagaman. Agar mereka dapat memiliki kesadaran yang melekat di alam jiwa mereka soal pentingnya keberagaman dan mampu menjadi kader lokal yang bisa menuarakan keberagaman di wilayahnya masing-masing.” Jelas Ema Vidia, penyelenggara workshop dari SATUNAMA.

Damar Nugroho, staf Departemen Penguatan Masyarakat dan Desa SATUNAMA yang menjadi narasumber dalam workshop ini menyebutkan bahwa masing-masing peserta memiliki pengalaman yang berbeda mengenai keberagaman. Hal ini tergali pada awal worshop ketika seluruh peserta diminta menceritakan pengalamannya masing-masing.

“Kenyataannya kita memang berbeda. Maka penting untuk menyadari adanya perbedaan. Ketika dikaitkan dengan keberadaan kelompok-kelompok di sekitar kita seperti disabilitas, anak jalanan, LGBT, agama,etnis dan ras itu diuji bagaimana sikap kita dalam melihat perbedaan. Apakah kita biasa saja atau malah jadi sensitif dan akhirnya bertindak diskriminatif atau membenci.” Demikian Damar Nugroho.

Peserta mempresentasikan lirik lagu yang diciptakannya.

Media musik digunakan dalam workshop ini karena sifatnya yang cair dan disukai banyak orang. Melalui musik, diharapkan pesan-pesan tentang keberagaman dapat lebih mudah diresapi. Oleh karenanya para peserta diajak untuk bersama-sama memproduksi lagu-lagu yang bertema keberagaman, sekaligus untuk mendorong para peserta memiliki keberanian dalam mengungkapkan gagasan.

“Dalam menciptakan lagu, sikap berani untuk menyampaikan cerita atau gagasan pribadi sangatlah dibutuhkan. Ini menjadi tantangan tersendiri karena kebanyakan kita cenderung tidak bisa utuh dalam mengungkapkan gagasan atau pendapat karena kurang berani bergagasan.” Ujar Ramses, fasilitator workshop.

Ramses juga menyebutkan bahwa dalam lagu, salah satu elemen terpenting adalah lirik. Dalam liriklah tersimpan pesan-pesan yang bisa menjadi alat penggugah kesadaran bagi audiens atau pendengar maupun bagi sang pencipta lagu itu sendiri.

“Lirik memainkan peran penting karena ia merupakan sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat lagu. Di sisi lain, lirik juga bisa menjadi alat refleksi bagi si pencipta lagu itu sendiri.” Kata pria gondrong yang memiliki banyak pengalaman memandu kelompok anak muda dalam menciptakan lagu.

Berbagai cerita tentang keberagaman menjadi tema lirik lagu-lagu yang diciptakan oleh para peserta. Dengan menggunakan berbagai alat musik seperti gitar, ukulele, keyboard, kajon, bass elektrik hingga harmonika, seluruh peserta yang terbagi ke dalam beberapa kelompok berhasil menciptakan 10 buah lagu yang antara lain berjudul Sahabatku, Keras Kehidupan dan Coretan Dinding. Lagu-lagu ini memang masih dalam bentuk komposisi dasar. Belum ada aransemen bakunya. Pasca workshop, lagu-lagu ini akan diaransir dengan lebih utuh dan indah.

Terkait tujuan workshop yang bermaksud menyebarluaskan pengetahuan tentang keberagaman kepada masyarakat luas, lagu-lagu ini nantinya akan direkam dan digunakan untuk mengkampanyekan keberagaman.

“Ada juga rencana membuat roadshow untuk mengenalkan lagu-lagu ini meski tidak dalam waktu dekat dan tentunya setelah lagu-lagunya beres semua aransemen dan kompisisnya.” Harap Ema.

Penulis : Ariwan K Perdana
Foto-Foto : Bima Sakti

Tinggalkan komentar