Komunitas Jaimin : “Penjaga” Kawasan Lereng Merapi

Sumber Daya Alam seperti batu dan pasir sekarang terbatas, seperti halnya di kawasan Bukin Jaimin yang terletak di lereng Gunung Merapi menjadi salah satu tempat tambang pasir dan batu. Lokasi Bukit Jaimin sekitar tiga kilometer barat daya puncak Gunung Merapi. Berawal dari beberapa warga yang mulai menyadari bahwa lingkungan sekitarnya sudah rusak akibat penambangan, beberapa warga di Keningar yang berinisiatif mengerem aktifitas penambangan.

Adalah sebuah komunitas warga Desa Keningar, Kabupaten Magelang yang awalnya menamakan diri sebagai Tim Delapan Belas, terbentuk pada 2012 dan kini berganti nama menjadi Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (FMPL) yang berusaha untuk meminimalisir kerusakan di daerah sekitar tempat tinggal mereka dari segala aktifitas penambangan yang tidak terkontrol. Salah satunya dengan membeli lahan yang sudah rusak dengan memulihkan kembali sehingga minimal bisa ditanami dan bisa dijadikan sawah. Prinsip utama dari komunitas ini adalah supaya sumber daya alam yang ada bisa terus diwariskan antar generasi.

Kerusakan utama dari alam sekitar dapat dilihat dari kurangnya debit mata air akibat aktifitas penambangan yang tak terkontrol. Selain itu, kawasan sekitar Keningar diketahui adalah kawasan tanggul alami dari lahar Gunung Merapi ketika terjadi erupsi. Sedangkan aktifitas eksplorasi tambang dapat merusak kondisi tanggul alami tersebut. Efeknya bila terjadi erupsi, lahar dingin dapat saja naik ke kawasan Keningar dan mengancam masyarakat di kawasan Keningar dan sekitarnya.

Embrio Komunitas Jaimin memang diawali dengan terbentuknya Tim Delapan Belas yang kemudian berubah menjadi Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (FMPL). Kerja komunitas ini tidak hanya untuk menyetop aktifitas penambangan, namun juga berusaha memunculkan ide untuk menciptakan lapangan pekerjaan untuk pemasukan warga sekitar tanpa merusak alam. Nama Jaimin sendiri berasal dari nama sebuah wilayah kampung yang dulunya terletak tidak jauh dari puncak Merapi. Namun kini kampung tersebut sudah tidak ada.

Gagasan untuk menggelindingkan perjuangan menyelamatkan sekaligus mengelola lingkungan alam di sekitarnya terus dipelihara oleh komunitas ini. Bekerjasama dengan pihak Rehabilitas Lahan dan Lingkungan (RHL) sebagai pengelola Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di sekitar Keningar, mereka mulai melakukan inisiasi untuk mengelola Bukit Jaimin sebagai tempat edukasi. Kolaborasi FMPL dan RHL-TNGM inilah yang menjadi pencetus kerja-kerja Komunitas Jaimin dalam mengelola lingkungan tanpa tambang.

Bentuk edukasi yang dilakukan oleh Komunitas Jaimin dimulai lewat anak-anak sebagai pewaris sumber daya yang ada. Namun, tidak dipungkiri bahwa kebutuhan edukasi juga melebar kepada masyarakat umum. Sedangkan untuk segmen pemuda, edukasi dapat disisipkan melalui beberapa komunitas seperti Komunitas Trail yang memiliki beberapa anggota di Desa Keningar. Ketika mengadakan kegiatan touring, mereka tidak hanya menikmati keindahan alam pegunungan Merapi, namun juga sekaligus untuk melihat dan melakukan pendataan tempat-tempat di mana kerusakan terjadi akibat aktifitas penambangan.

Meski baru berada di awal perjuangannya dalam memberikan penyadaran dan pendidikan kepada masyarakat, Komunitas Jaimin melihat bahwa kesadaran masyarakat untuk lingkungan sudah mulai tampak. Saat ini, mayoritas penambang yang aktif berasal dari luar Keningar. Masyarakat sadar bahwa jika pertambangan tidak terkontrol maka dampak buruknya akan berimbas ke masyarakat sendiri. Munculnya kesadaran akan pengelolaan lingkungan juga terlihat antara lain lewat kegiatan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam mengelola kawasan percontohan reklamasi yang digagas oleh Komunitas Jaimin.

Komunitas ini menganggap bahwa sumber daya alam dan lingkungan di sekitarnya merupakan warisan terbesar yang harus dipelihara oleh setiap generasi. Oleh karenanya, kesadaran dan kemampuan untuk mengelolanya harus dimiliki oleh seluruh pihak demi keberlangsungan keseimbangan hidup manusia dengan alam.[]

Penulis : Bima Sakti

Tinggalkan komentar