Pertemuan Fasilitator Program Papua Resource Development Center (RDC)

Facilitator Meeting in Resource Development Center (RDC) Program, Papua

[photo1]

SATUNAMA, in cooperation with NGO Cooperation Forum (Foker NGO), Papua, held a facilitator meeting for the Resource Development Center (RDC) at the Cendrawasih University Guest House from 15 to 17 June 2009. RDC is an improvement and capacity development program for Foker’s NGO partners in Papua that aims to create and develop local facilitators to undertake community participatory education about democratic values and increased critical awareness.

This facilitator meeting involved information exchange between participants and evaluation of facilitation practices that have developed during three modules: critical awareness, community participation in development, and budget control. In addition, this meeting also agreed on the communication tools to be used by facilitators, such as email, telephone and fax.

19 facilitators from Biak, Jayapura, and Merauke participated in the meeting, facilitated by Mark Kajoi from KIPRa (Independent Consultancy of Papuan People Empowerment) and featuring a presentation by Fransisca Nuhuyanan, an advanced women’s facilitator who is also a member of the Steering Committee of Foker NGO Papua, in which she shared her networking experiences.

Participants utilized the first day to exchange their experiences during facilitation practice using the critical awareness, participatory development, and budget control modules. The main challenge faced by the facilitators was translating some technical language from the modules into simple local language so that participants understood. On the first day, the RDC Program Managers and the Area Coordinator also reflected of facilitator quality. In general, they found that the facilitators are able to perform their duties even if they need quality improvement.

On the second day, Fransisca Nuhuyanan from Merauke shared her experiences in Merauke budget advocacy and networking. Mark Kajoi also discussed the basic competencies required of a facilitator, continuing to debriefing sessions that restored the spirits of the facilitators assisting the community process. Discussion concluded that the program must remain focused on the community needs without forcing them.

During the meeting, facilitators that came from the NGOs that worked with clearly established programs appeared more likely to integrate the RDC program to their institutional program than those who did not have such clarity. This was evidenced by the ability of facilitator in Jayapura and Biak to give examples of cases which occurred in their communities.

On the third day, meeting minutes contain discussion about network that begins with brainstorming using media images. After that, the discussion continued with the agreement about network maintenance and type of media that will be used in communication.

Eddy

Pertemuan Fasilitator Program Papua Resource Development Center (RDC)

[foto1]

Pada tanggal 15 hingga 17 Juni 2009, SATUNAMA bersama dengan Forum Kerjasama LSM (Foker LSM ) Papua mengadakan pertemuan fasilitator untuk program Resource Development Center (RDC) di Guesthouse Universitas Cendrawasih. RDC adalah program peningkatan dan pengembangan kapasitas mitra Foker LSM Papua dalam mencetak dan mengembangkan fasilitator lokal untuk pendidikan kemasyarakatan yang partisipatif, supaya masyarakat lebih mengenal nilai demokrasi dan memiliki kesadaran kritis.

Output dari pertemuan fasilitator tersebut adalah terjadinya pertukaran informasi dan refleksi terhadap kegiatan praktek fasilitasi tiga modul yang dikembangkan, yaitu modul kesadaran kritis, partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dan pengawasan anggaran. Selain itu, pertemuan ini juga menyepakati media berupa email, telepon dan fax yang akan digunakan oleh para fasilitator sebagai media komunikasi dan berjejaring.

Kegiatan ini diikuti oleh 19 orang fasilitator ( P:17; L:2 ) dari daerah Biak, Jayapura, dan Merauke. Pertemuan ini difasilitasi oleh Markus Kajoi dari lembaga KIPRa ( Konsultansi Independen Pemberdayaan Rakyat Papua) dan menghadirkan Fransisca Nuhuyanan, fasilitator perempuan senior Papua sekaligus Steering Committee Foker LSM Papua untuk berbagi pengalaman dalam kerja berjejaring.

Peserta memanfaatkan hari pertama untuk saling bertukar pengalaman selama melakukan praktek fasilitasi modul kesadaran kritis, modul pembangunan partisipatif, dan modul pengawasan anggaran. Dari proses tersebut, tantangan utama yang dihadapi para fasilitator di lapangan adalah menerjemahkan beberapa istilah teknis di dalam modul menjadi bahasa sederhana agar dipahami peserta. Hari pertama juga diisi refleksi program dari manajemen RDC dan para koordinator wilayah. Secara umum, manajemen RDC dan koordinator wilayah menilai para fasilitator sudah mampu menjalankan tugasnya meskipun masih memerlukan peningkatan kualitas.

Hari kedua, Fransisca Nuhuyanan dari Merauke membagikan pengalamannya dalam advokasi APBD Merauke dan kerja-kerja jaringan. Dalam kesempatan yang sama, Markus Kajoi turut membagikan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh fasilitator yang berlanjut dengan sesi tanya jawab yang mengarah pada proses “purifikasi” semangat fasilitator, yaitu mengembalikan peran fasilitator sebagai pendamping masyarakat. Diskusi menyimpulkan bahwa program yang dilakukan harus tetap fokus pada menjawab kebutuhan tetapi tanpa memaksa masyarakat.

Selama proses pertemuan fasilitator terlihat bahwa peserta yang berasal dari kalangan LSM dengan program kerja lembaga yang tersusun baik dan jelas lebih berpeluang untuk mengitegrasikan program RDC ke dalam program lembaga. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan fasilitator dari Jayapura dan Biak dalam memberikan contoh-kasus yang terjadi dalam masyarakat.

Pertemuan hari ketiga berisi diskusi mengenai jaringan yang dimulai dengan brainstorming menggunakan media gambar. Peserta menjelaskan dalam bentuk gambar mengenai pengertian jaringan menurut mereka. Setelah itu, diskusi berlanjut dengan membangun kesepakatan mengenai cara pengelolaan jaringan dan media apa yang akan dipakai.

Edi

Tinggalkan komentar