Diskusi Buku : Penghancuran Gerakan Perempuan

Diskusi Buku

Penghancuran Gerakan Perempuan

Politik Seksual di Indonesia Pascakejatuhan PKI

Karya Saskia E. Wieringa

 

Di penjara banyak di antara tahanan yang diperkosa. Kami disiksa dan dilukai dengan listrik, sudutan rokok. Sesudah beberapa tahun, setelah kunjungan Palang Merah, keadaan kami menjadi sedikit lebih baik. (Wawancara di Malang dengan anggota Gerwani tahun 1983)

Dalam bulan februari 1967 kami ditahan. Saya disiksa begitu hebat hingga gigi-gigi saya rontok. Saya tidak sadarkan diri selama tiga hari. Kemudian mereka menggali kubur dan akan menguburkan saya jika saya tidak menyebutkan nama dan alamat anggota lainnya. (sepenggal pengakuan Sujinah, mantan pimpinan Gerwani)

Satunama.org – Dua kalimat diatas merupakan kutipan sebuah wawancara, pengakuan para anggota Gerwani yang mengalami penyiksaan dalam tragedi Gerakan 30 September 1965. Banyak sisi gelap atas peristiwa itu, yang hingga hari ini masih menjadi pertanyaan. Peristiwa ini menurut berbagai pihak adalah peristiwa genosida modern terbesar sepanjang sejarah, dengan  jumlah korban antara 500 ribu hingga 3 juta orang. Mereka yang dibunuh dianggap terkait sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) yang didalamnya terdapat sayap organisasi partai seperti Pemuda Rakyat , Barisan Tani Indonesia dan tentu saja Gerwani sebagai sayap organsiasi partai dengan massa perempuan terbesar kala itu.

Para anggota Gerwani adalah umumnya adalah perempuan-perempuan yang dikader dan dididik dengan mempelajari persoalan-persoalan rill perempuan di akar rumput. Gerwani menginginkan sebuah perombakan total atas ruang gerak perempuan. Bagi Gerewani perempuan seharusnya tidak hanya bergerak pada ranah konservatisme tetapi juga secara politik. Semangat mereka ini umumnya menular dan diterima secara luas oleh para perempuan akar rumput, utamanya petani perempuan. Gerwani secara organisastoris menolak secara tegas praktek-praktek poligami,  memperjuangkan akses pendidikan bagi perempuan dan bekerja dengan para buruh perempuan agar mereka memiliki upah yang setara dengan laki-laki. Mereka memiliki tiga ruh ideologi yakni nasionalisme, feminism dan sosialisme.

Namun ditengah semangat perempuan yang berhaluan feminisme, sosialisme dan nasionalisme ini bergerak meletus peristiwa 30 September 1965. Tragedi pembunuhan atas beberapa jenderal di kalangan Angkatan Darat itu telah menyeret Gerwani sebagai salah satu sayap partai komunis Indonesia dalam lubah penghancuran. PKI dituduh sebagai dalang pemberontakan 30 Sepetember yang berakibat pada diseretnya Gerwani sebagai salah satu aktor yang dianggap membunuh para jenderal dengan jalan menyilet-nyilet para jenderal yang meninggal di lubang buaya.

Dalam waktu singkat narasi  perempuan anggota Gerwani diubah secara singkat oleh orde baru. Dari sebuah organisasi yang sangat progresif menuntut hak-hak politik menjadi direpresentasikan sebagai perempuan binal dan perilaku seksual yang kejam. Dalam rentang waktu 32 tahun Soeharto berkuasa hampir tak ada satupun orang yang berani mengungkap secara gambling tentang tragedy 1965 dan juga tentang Gerwani. Hingga akhir Soeharto jatuh, pelan-pelan tabir gelap sejarah 1965 mulai terungkap.

Setelah Soeharto turun banyak penulis maupun akademisi yang berusaha melakukan penulisan ulang terhadap apa yang sebenarnya terjadi pada Gerwani tahun 1965. Salah satunya adalah Saskia E Wierenga yang menulis buku “Penghancuran Gerakan Perempuan, Politik Sekusal di Indonesai Pascakejatuhan PKI”. Ia menulis buku tersebut sebagai bagian penyelesaian disertasi doktoral di Amsterdam University. Saskia menelisik seluruh dokumen-dokumen sejarah tahun 1965 yang berhubungan dengan Gerwani dari Univesitas Leiden di Belanda hingga Cornell University di Amerika. Temuannya memberikan titik terang dari banyak sisi yang digelaplan atas peristiwa kudeta militer 1965. Terungkapn bahwa demonisasi salah satu organisasi perempuan terkuat Gerwani, adalah sebuah dasar bagi orde baru untuk melakukan pembungkaman bahkan penghancuran gerakan perempuan di Indonesia hingga masa-masa setelahnya.

Maka untuk bisa memahami secara lebih mendasar tentang apa yang tertulis pada buku ini, SATUNAMA dan AJI Yogyakarta akan menggelar diskusi bulanan Beranda Perempuan dengan melakukan bedah buku “Penghancuran Gerakan Perempuan, Politik Sekusal di Indonesai Pascakejatuhan PKI” karya Saskia E Wierenga pada :

Hari/Tanggal :
Kamis, 8 Oktober 2015

Waktu :
19.00-21.00 WIB

Tempat :
Student Center UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pembicara :
Nunung Qomariah (Desk Perempuan dan Politik Yayasan SATUNAMA)
Jamaludi Ahmad (Lembaga Pers Mahasiswa ARENA)

Tema :
“Penghancuran Gerakan Perempuan, Politik Seksual di Indonesia Pascakejatuhan PKI”
Karya Saskia E Wierenga

*) Silahkan konfirmasi kehadiran di 082221495244 atau 081228314817 Atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih.

Tinggalkan komentar