Upacara Bersih Rong Tutup

Kenduri Bersih Rong Tutup Ceremony

[photo1]

On Friday, 27 March 2009, people in Giri Asih celebrated Kenduri Bersih Rong Tutup. The ceremony was held from 1.30 until 2.40pm to thank God for the crop that was given to the people in Si Golo-Golo, Dusun Ngoro-oro, Desa Giri Asih, Kecamatan Purwosari Gunung Kidul, DIY. This area has been a project site for SATUNAMA since 2000.
Kenduri Bersih Rong Tutup is one part of a series of annual ceremonies which are part of the cultural heritage of the people in Giri Asih Village. The series starts with Bersih Rong Buka where people plant seeds in Tegal Kapanasan and Tegal petoyan to grow and provide a lot of fruit for people’s sustenance. After the seeds are cultivated and provide crops, people celebrate Kenduri Bersih Rong Tutup to bless them. Selapan (35 days after that) on 1 May, 2009 they celebrated bersih Kali Pego ceremony. This is to express gratitude for nature’s help in cultivation, as well as for giving water that provides sustenance for all people in Giri Asih so that they do not lack for water through the long dry season.
Kenduri Bersih Rong Tutup was attended by each family in Giri Asih, especially people in Dusun Ngoro-oro, Dusun Trasih, and Dusun Wanalagi. Each family prepared food called kenduri. The food contains pisang Sanggan which represents the peoples’ commitment to preserve nature.
After Friday prayer, the families that made this kenduri left their houses and walked together to Gowa Si Golo-golo. When all the people have gathered, Bapak Paidi, the head of the Development section in Desa Giri Asih gave a speech. He spoke about people’s enthusiasm to preserve water and the environment. He also expressed his hope that the community and village government will together create a good environment for peoples’ prosperity.
Mbah Yatmo then led the gathering in a prayer, asking for a blessing for Giri Asih. The ceremony continued with a meal of the kenduri, including each person sharing their portion with the people sitting next to them. After the ceremony was over, they expressed their gratitude for the kenduri and the sense of togetherness between members of the community.
People returned to their homes with a renewed commitment to preserve nature. They will bring that commitment to their daily lives, such as a commitment to stop using soap when washing in the Pego river. Commitments like this are a result of the community’s awareness about the importance of their environment.

Kantri

Upacara Bersih Rong Tutup

[foto1]

Jumat Wage 27 Maret 2009 pukul 13.30-14.40, warga masyarakat Giri Asih mengadakan ‘Kenduri Bersih Rong Tutup’ untuk mensyukuri hasil panen yang memberikan ketersediaan rejeki bagi warga di Kawasan Guwa Si Golo-Golo, Dusun Ngoro-oro, Desa Giri Asih, Kecamatan Purwosari Gunung Kidul, DIY, yang telah merupakan dampingan SATUNAMA sejak tahun 2000.

‘Kenduri Bersih Rong Tutup’ merupakan bagian dari rangkaian peristiwa budaya yang secara turun-temurun telah dilakukan oleh warga Desa Giri Asih. Rangkaian peristiwa ini meliputi ‘Bersih Rong Buka’ yang membawa makna bahwa warga menitipkan benih di Tegal Kepanasan dan Tegal Petoyan untuk dipelihara, sehingga dapat memberikan buah yang melimpah untuk menghidupi warga. Karena benih yang ditanam telah tumbuh dan memberikan hasil panen, maka warga mengadakan upacara ‘Bersih Rong Tutup’ untuk mensyukurinya. Selapan hari (35 hari) berikutnya, yang akan jatuh pada hari Jumat Wage, 1 Mei 2009, kenduri kembali digelar dalam ‘Bersih Kali Pego’, untuk mensyukuri alam yang di samping memberikan kemudahan dalam bertanam juga menyediakan sumber air yang dapat menghidupi seluruh warga Giri Asih, sehingga mereka tidak kekurangan air meskipun musim kemarau.

Kenduri Bersih Rong Tutup dihadiri oleh kepala keluarga di lingkup desa Giri Asih, terutama Dusun Ngoro-oro, Dusun Trasih dan Dusun Wanalagi. Sebagian besar perlengkapan kenduri yang berupa menu makanan khas disediakan oleh setiap keluarga. Salah satu perlengkapan yang disediakan secara bersama dalam kenduri adalah pisang Sanggan, yang merupakan simbol kesanggupan warga untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya.

Beberapa saat usai Sholat Jumat, kepala keluarga yang akan menghadiri Kenduri mulai beranjak dari rumah, dan segera membentuk kelompok yang beriringan menuju Gowa Si Golo-Golo dengan berjalan kaki.

Ketika semua kepala keluarga telah berkumpul, seluruh perlengkapan kenduri disiapkan, kebersamaan dimulai dengan kata pembuka oleh Kepala Bagian Pembangunan Desa Giri Asih, Bapak Paidi, yang termasuk salah satu tokoh pelestari lingkungan, yang menekankan pentingnya peran serta seluruh warga dalam upaya memelihara dan melestarikan sumber air dan lingkungan. Kepala Desa Giri Asih, Bapak Pardiyana, melanjutkan sambutan dengan ungkapan bangga terhadap semangat warga dalam upacara kenduri ini merupakan wujud dari semangat dan kepedulian warga dalam hal pemeliharaan sumber air dan lingkungan. Kepala Desa juga berharap peran serta warga dan pamong desa untuk bersama-sama mewujudkan lingkungan lestari demi kesejahteraan bersama.

Doa bersama segera dilantunkan, dipimpin oleh Mbah Yatmo atau Mbah Anthek sebagai wakil juru kunci Mbah Sarjo Wiyono yang sudah tua, diikuti oleh seluruh kepala keluarga yang turut memohon keselamatan dan terpeliharanya alam Giri Asih

Acara kemudian dilanjutkan dengan santap bersama dengan hidangan kenduri yang telah tersedia, yang diawali dengan pisang Sanggan yang wajib disantap sebagai simbol kesanggupan turut serta memelihara dan melestarikan alam, kemudian mereka menyantap hidangan kenduri. Kebersamaan kembali mengemuka ketika beberapa warga mencoba mempersilakan warga di sebelahnya untuk turut menyantap, sehingga terjadi tukar-menukar menu santapan yang sama bahannya tetapi diolah oleh keluarga yang berbeda, sehingga akan memberikan rasa yang berbeda pula.

Di akhir kebersamaan, ungkapan syukur kembali diucapkan oleh Kepala bagian Pembangunan Desa atas terlaksannya kenduri bersama serta semangat warga yang tetap terpelihara selama bertahun tahun lalu sampai sekarang.

Iring-iringan warga menuju rumah seolah membawa pesan baru bahwa semangat untuk bersama harus tetap dipelihara, untuk mewujudkan tekad bersama dalam memelihara dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan bersama.

Dengan tekad untuk menjaga kelestarian alam, warga Desa Giri Asih tak berhenti pada upacara dan kenduri, melainkan juga menjaga perilaku sehari-hari dengan menjalankan beberapa kesepakatan yang mendukung terjaganya kelestarian alam. Sebagai contoh, warga bersepakat bahwa bila mencuci perabot dan pakaian di lingkup Kali Pego tidak boleh menggunakan sabun. Contoh kedua, Ranting kering dari pohon yang ada di lingkup Kali Pego akan dilestariakan di lingkup Kali Pego, dan diharapkan akan menjadi tanah kembali di kemudian hari. Kesepakatan tekad ini tidak tergoyahkan sampai sekarang, dan tak ada penjaga khusus untuk menertibkannya, karena warga dengan penuh kesadaran melakukan kesepakan ini. Harapan ke depannya adalah supaya lingkungan Desa Giri Asih terpelihara supaya memberikan kesejahteraan bagi seluruh warga.

Kantri

Tinggalkan komentar