SK Trimurti dan Jurnalisme Masa Kini

Satunama.org – Soerastri Karma Trimurti tercatat dalam sejarah perjuangan Indonesia dan punya tempat khusus dalam sejarah pergerakan perempuan. Dia jurnalis perempuan yang gigih memperjuangkan kebebasan pers, kebebasan berekspresi, dan hak kaum tertindas terutama perempuan. Kegigihannya muncul dalam karya jurnalistik maupun gerakannya sebagai aktivis perempuan dan politik.

Perempuan kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, tanggal 11 Mei 1912 itu tertarik masuk ke dunia pergerakan setelah mendengarkan pidato-pidato Soekarno.Trimurti mengikuti kursus kader yang diadakan Soekarno dan Partai Indonesia atau Partindo tahun 1933 setelah lulus dari Tweede Indlandche School atau Sekolah Ongko Loro dan sempat mengajar.

Pada 1933, Bung Karno meminta Trimurti menulis untuk majalah Pikiran Rakyat. Itulah awal perkenalan Trimurti dengan dunia jurnalistik. Melihat dedikasi dan semangatnya, Bung Karno meminta Trimurti menjadi Pemimpin Redaksi majalah Pikiran Rakyat. Majalah ini secara khusus menyebarluaskan gagasan bahwa kaum perempuan Indonesia bisa meraih nasib baik dalam kondisi masyarakat yang merdeka, adil dan makmur.

Belanda memenjarakan Trimurti di Semarang tahun 1936 karena menyebarkan pamflet anti-penjajah. Ia kembali masuk penjara tahun 1939 karena tulisan-tulisannya di media massa, yang dianggap membahayakan pemerintah kolonial. Saat itu, Trimurti baru setahun menikah dengan Sayuti Melik, tokoh pemuda yang berperan dalam persiapan proklamasi. Sayuti mengetik naskah proklamasi.Trimurti melewati kehidupan yang keras. Anak pertamanya, Moesafir Karma Boediman lahir dalam penjara. Trimurti keluar dari penjara pada tahun 1943.

Trimurti juga mendirikan majalah Bedug sebagai alat komunikasi gerakan kemerdekaan. Dia banyak menulis di majalah Api Kartini, Berita Gerwani dan menulis kolom khusus untuk perempuan setiap kamis di Koran Harian Rakyat. Di media-media inilah kita bisa melihat bagaimana SK Trimurti kemudian memperjuangkan nasib para perempuan di Indonesia (buruh perempuan, kesehatan reproduksi perempuan, pendidikan kaum perempuan, dan kemiskinan).
Trimurti pernah diutus Dewan Perancang Nasional atau sekarang disebut Bappenas ke Yugoslavia untuk mempelajari manajemen pekerja. Trimurti menjadi Menteri Perburuhan pada Kabinet Amir Syarifuddin I dan Kabinet Amir Syarifuddin II. Trimurti, meninggal pada 20 Mei 2008.

Dalam dinamika perjuangan demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan pers di Indonesia, perempuan mengambil peran penting. Namun, peran mereka kerap dilupakan sejarah, yang masih didominasi wacana patriarki. Oleh karena itu, Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta dan Yayasan Satunama menggelar diskusi berjudul SK Trimurti dan Jurnalis Masa Kini.

Diskusi ini bertujuan mendorong publik untuk terlibat dalam kampanye kesetaraan gender, penguatan kebebasan pers, kebebasan berekspresi dan arus informasi yang bebas sebagai prasyarat demokrasi yang efektif. Diskusi bulanan kali ini akan membahas tentang pemikiran SK Trimurti, gerakan aktivis perempuan, dan isu gender dalam jurnalisme.

Diskusi akan berlangsung:

Hari/Tanggal : Senin, 31 Agustus 2015

Pukul : 09.00-11.00

Tempat : Ruangan Student Center Universitas Negeri
Yogyakarta lantai dua sayap timur.

Peserta : Jurnalis, aktivis NGO, komunitas, dan Pers
Mahasiswa

 

Pembicara Diskusi :

  • Dosen, Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan dan aktivis perempuan, Dewi Chandraningrum. Dewi akan membahas pemikiran SK Trimurti. Dewi juga bicara tentang gerakan perempuan dan isu gender dalam jurnalisme.
  • Koordinator Divisi Gender AJI Yogyakarta dan jurnalis Tempo, Shinta Maharani. Bicara tentang isu gender dalam aktivitas jurnalistik.
  • Winna Wijayanti dari Divisi Diklat dan Kaderisasi Lembaga Pers Mahasiswa Ekspresi Universitas Negeri Yogyakarta.

Informasi dan konfirmasi kehadiran silakan menghubungi Any Sundari, telpon. 081 228 314 817

Tinggalkan komentar