Dari SATUNAMA untuk Imaji Indonesia

Tahun ini kita memperingati 17 tahun Reformasi. Tentu masih segar dalam ingatan kita, dan masih banyak bahan bacaan bagi Anda pembaca yang lahir setelah era reformasi, untuk mengetahui detil pengalaman jatuh-bangun Indonesia melewati satu fase berbangsa dan bernegara. Ya, 21 Mei 1998, menjadi salah satu tonggak Reformasi. Bukan hanya oleh kaum muda, dalam hal ini mahasiswa, seruan Reformasi juga diteriakkan oleh akademisi dan warga-masyarakat secara keseluruhan. Perubahan memang tidak bisa selalu diandaikan mencapai tujuan perubahan yang baik. Tetapi tidak setiap harapan baik bisa terlaksana dengan cepat.

Bulan ini kita kembali mengingat harapan-harapan yang disandangkan pada Reformasi. Enam tuntutan reformasi 98 kita kenal mencakup: penegakan supremasi hukum, pemberantasan KKN, mengadili Suharto dan kroni-kroninya, amandemen Konstitusi, pencabutan dwifungsi ABRI, dan pemberian otonomi daerah seluas-luasnya. Bagaimana hasilnya? Tepat. Tahun ke-17 Reformasi tidak membuat kita berubah. Korupsi menyebar, penegakan hukum semakin compang-camping, Soeharto dan kroni-kroninya tidak tersentuh.

Ruang kesadaran dan kondisi ini memantik Media SATUNAMA untuk meramu dan sekaligus menyegarkan kembali ingatan dan imaji kita tentang Indonesia. Beberapa serial diskusi sudah dimulai untuk membincangkan bagaimana imaji Indonesia. Selasa (5/5/2015) SATUNAMA bekerja sama dengan Tribun Jogja menggelar diskusi “Tanah Kas Desa: Tinjuan Kritis atas Pergub No. 112/2014”. Diskusi dilaksanakan di Ruang Rapat Redaksi Tribun Jogja. Di Sekolah nDuwet, pada Jumat (8/5/2015) kami membincang tema desa dan masa depan Indonesia, dan Jumat depan (22/5/2015) kami akan membagi refleksi 17 tahun Reformasi serta peran-peran organisasi masyarakat sipil dalam mewujudkan cita-cita reformasi. Sekolah nDuwet ini kami gelar setiap Jumat, Minggu ke-2 dan k-3. Dalam rentang itu, kami mencoba mengolah imajinasi tentang Indonesia.

Kenapa kita perlu mengolah kembali imaji Indonesia? Apa imaji yang sedang kita olah dalam pikiran dan jiwa kita? Pokok ini yang coba dijawab oleh para penulis laman web SATUNAMA edisi Mei 2015. Sengaja kami mengangkat tema “Imaji Indonesia” tidak saja karena bertepatan dengan Bulan Reformasi, melainkan juga upaya menyegarkan kembali cara kita memandang Indonesia. Dan, dalam tahun-tahun terakhir ini SATUNAMA tengah menggodog kembali “Imaji Indonesia” dan peran SATUNAMA dalam pencapaian imaji itu.

Membayangkan Indonesia adalah membayangkan anak-cucu puluhan bahkan ratusan generasi nanti. Indonesia yang terbentuk dari komunitas berbayang, akan seperti apa membayangkan kembali Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang kemudian memantik kami, di dapur media, untuk mendiskusikan, menuliskan, dan mewartakan kepada Anda, pembaca. Tetapi, tentu saja, sebagian naskah yang akan Anda baca di edisi ini belum final. Justru sajian ini menjadi sebuah permulaan yang lain untuk dengan penuh hasrat mengimajikan Indonesia. Tentu bukan persoalan mudah merangkai imaji Indonesia, di tengah gelombang besar —mengutip Garin Nugroho— merosotnya hasrat selera berbangsa. Hasrat selera berbangsa tidak bisa bertumbuh dalam pembiaran. Seperti hasrat lainnya harus ditumbuhkan dalam kerja-kerja strategi kebudayaan, baik melalui proses pendidikan dalam etos kerja menumbuhkan bangunan pasar selera yang kritis maupun kebijakan politik yang berbudaya.

Kami tentu tidak ingin menjadi seperti pernah disebut Hatta, “kita hidup di zaman besar, namun hanya menjadi generasi yang kerdil”. Kita hanya berani berdebat di soal-soal hilir yang risikonya kecil, dan tak berani mengambil tanggung jawab berdebat di soal-soal fundamental. Memang cukup berat bagi kita generasi yang lahir dan dibesarkan dalam trauma rezim totalitarian untuk mengemban tugas merumuskan Indonesia. Tetapi hal berat itu tentu tidak patut menjadi alasan untuk tidak melakukannya. Sebab setiap warga bangsa kiranya memiliki imaji-imaji tersendiri tentang Indonesia.

Tema Imaji Indonesia, ini adalah tema kedua yang kami suguhkan kepada Anda. Artinya bulan ini menjadi bulan kedua bagi media yang beralamat di satunama.org ini menerapkan edisi tematik. Di tengan-tengah kerja yang saling berebut mendahului, kami sajikan kepada Anda, para pembaca sekalian, bacaan-bacaan dari anak bangsa yang mencoba mengimpikan masa depan bangsanya dalam edisi Mei “Imaji Indonesia”. Selamat membaca.

Penjaga Dapur Media SATUNAMA

Tinggalkan komentar