Pertemuan Masyarakat Peduli Pangan Nusantara

Meeting of Masyarakat Peduli Pangan Nusantara (the Nusantara’s Community Care Food)

[photo1]

In February 25, 2010, Masyarakat Peduli Pangan Nusantara (MPPN) held a meeting at SATUNAMA training centre, Duwet, Mlati, Yogyakarta. There were 18 participants that have multi background such as academician, NGO, and farmer organization to discuss about the movement future.

This meeting will be planned as a routine agenda. “MPPN was held on October 16, 2006 in a seminar that became part of World Food Day commemoration. We saw the importance of as much as possible stakeholders to care about food system. That needs a new advocacy strategy to develop advocacy activities that care about food system. We think that the single advocacy undertook by NGOs and farmer organizations wasn’t effective, so we need a room where the members meet with each other and make networks,” said Sarijo, MPPN member that work in Improsula Foundation.

One agenda from this meeting was discussing a plan after Sri Sultan Hamengkubuwono X inauguration as Nusantara’s Food Culture Conservator at World Food Day Commemoration. As a figure that can become a role model and influence the community, Sultan is expected to spread food security issues. The meeting participants agreed that there will be a further meeting with Sultan to follow up his position and his support to the movement.

This meeting also formulates MPPN purposes and principles. Generally, MPPN has purposes to conserve and develop community local food system, influence local and national leadership in all over Indonesia to strengthen local food system, support agenda about preservation and development of local food system, maintain and build tradition and policy about local food and culture.

To support those purposes, MPPN has its principles: membership open to everybody that cares and stands to nature conservation and food sustainability, equality for all stakeholders, and justice intergenerational.

“In the future, we want to create a food national movement that started from Yogyakarta. We will maintain MPPN purposes and principles by sharing information about our activities that related with food security,” said Stevanus Wangsit that represented SATUNAMA on that meeting. He also added if MPPN will promote local food system by several campaign materials such as Nusantara’s Food Culture Conservator and mass media.
Pertemuan Masyarakat Peduli Pangan Nusantara

[foto1]

Pada tanggal 25 Februari 2006, Masyarakat Peduli Pangan Nusantara (MPPN) mengadakan pertemuan di Ruang Kelas Besar Balai Pelatihan SATUNAMA, Duwet, Mlati, Yogyakarta. 18 individu yang berasal dari kalangan akademisi, LSM, dan organisasi petani berkumpul untuk membahas rencana kedepan gerakan.

Pertemuan ini rencananya akan menjadi agenda rutin. “MPPN terbentuk pada tanggal 16 Oktober 2009 dalam seminar yang menjadi rangkaian Peringatan Hari Pangan Sedunia. Kami memandang perlunya semakin banyak pihak peduli pada persoalan sistem pangan. Untuk itu perlu strategi advokasi baru dalam mengembangkan kegiatan advokasi yang berpihak terhadap sistem pangan. Kami merasa advokasi yang LSM, organisasi tani lakukan sebelumnya secara sendiri-sendiri itu kurang efektif sehingga perlu sebuah wadah yang anggotanya saling bertemu dan berjejaring,” tutur Sarijo, anggota MPPN yang sehari-harinya aktif di Lembaga Improsula.

Salah satu agenda pertemuan ini adalah membahas rencana setelah pengukuhan Sri Sultan Hamengkubuwono XI menjadi Wali Budaya Pangan Nusantara pada peringatan HPS lalu. Sebagai tokoh yang bisa diteladani dan mempengaruhi masyarakat, Sultan diharapkan bisa memasyarakatkan isu ketahanan pangan. Para peserta pertemuan menyepakati perlunya pertemuan lebih lanjut dengan Sultan untuk menindaklanjuti posisi Sultan dan dukungannya terhadap gerakan.

Pertemuan ini juga merumuskan tujuan dan prinsip MPPN. Secara umum, MPPN bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan sistem pangan lokal masyarakat, mempengaruhi kepemimpinan nasional dan daerah di seluruh nusantara dalam menegakkan sistem pangan lokal masyarakat Indonesia, mendorong agenda-agenda pelestarian dan pengembangan sistem pangan lokal masyarakat nusantara, serta menjaga dan membangun tradisi serta kebijakan pangan nasional yang berpijak pada budaya lokal (sumberdaya pangan).

Untuk mendukung tujuan tersebut MPPN memegang prinsip: keanggotannya terbuka untuk siapapun yang memiliki kepedulian dan keberpihakan terhadap kelestarian alam dan keberlangsungan pangan, kesetaraan bagi semua pihak yang terlibat, dan keadilan antar generasi.

“Kedepannya kami berharap untuk mengadakan gerakan nasional pangan yang dimulai dari Yogyakarta. Tuuan dan prinsip tadi akan dilakukan dengan cara saling bertukar informasi mengenai kegiatan yang berkaitan dengan pangan antara individu atau lembaga yang berkomitmen terhadap MPPN,” kata Stevanus Wangsit, yang mewakili SATUNAMA dalam pertemuan tersebut. Ia juga menambahkan jika MPPN akan mempromosikan sistem pangan lewat berbagai media kampanye seperti wali budaya pangan dan media massa.

Tinggalkan komentar