Belajar mengenai Pertanian Berkelanjutan di SATUNAMA.

Belajar mengenai Pertanian Berkelanjutan di SATUNAMA.

[foto1]

“Sekitar 90% penduduk Timor Leste hidup dari pertanian. Selama ini, kami belum mengelola hal tersebut dengan baik. Kami tertarik untuk lebih memanfaatkan apa saja yang sudah ada di sekeliling kami untuk menyejahterakan masyarakat,” tutur Adriano de Jesus, staf Caritas Baucau. Ia juga menambahkan jika sebelumnya, Caritas Baucau banyak mendengar mengenai kegiatan-kegiatan pertanian SATUNAMA dari lembaga lain di Timor Leste sehingga memutuskan untuk mengirim 20 orang staf, community organizer, dan petani dampingannya untuk belajar di sini.

Mereka mengikuti pelatihan dari tanggal 21 Oktober sampai 3 November 2010. Rombongan ini mempelajari beragam hal mulai dari pengorganisasian petani, agroekologi, teknik pengkomposan, pengembangbiakan tanaman, konservasi lahan kering, hingga administasi dan pembuatan koperasi. Pelatihan bertujuan untuk memperluas dan meng-upgrade pengetahuan fasilitator dan petani dampingan Caritas Baucau tentang sistem pertanian berkelanjutan. Selain itu, petani dan fasilitator lapangan meningkatkan penguasaan mereka dalam praktek sistem pertanian berkelanjutan. Peserta juga mempertajam pembelajaran mengenai budaya-budaya lokal yang mendukung sistem pertanian berkelanjutan.

Kali ini, lokasi belajar yang dipakai tidak hanya di Balai Pelatihan SATUNAMA saja. Peserta mendapat kesempatan untuk tinggal di beberapa wilayah dampingan SATUNAMA sembari belajar dan bertukar pengalaman mengenai keanekaragaman hayati bersama staf lapangan dan para petani pelaku petanian organik. “Kami sangat senang karena di sini tidak hanya mendapat teori saja tapi juga langsung praktek. Ada beberapa materi yang belum pernah kami lihat di Timor Leste dan ingin kami implementasikan langsung,” tambah Adriano.

Ada empat materi utama yang menjadi pokok bahasan pelatihan. 1) Agroekologi yang meliputi uji ekologi tanah khususnya sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Pada sesi ini peserta belajar mengenai pembuatan nutrisi, menambah mikroba dalam tanah, pembuatan kompos, dan sistem budidaya yang mendukung agroekologi, 2) Agroclimate yang menitik beratkan pada sekolah lapang iklim. Di sini, peserta belajar mengenai pengukuran curah hujan, sistem keraifan lokal yang berhubungan dengan pranata mangsa dan gejala alam. 3) Keanekaragaman hayati dengan mempraktekan pengembangbiakan tanaman. Dalam sesi ini, peserta praktek memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi dan stek untuk tanaman holtikultura. Mereka juga belajar mengenai perbanyakan generatif melalui cara seleksi, penyimpanan, uji kemurnian benih, uji berat, dan uji daya kecambah. 4) Agroekonomi melalui praktek pengolahan makanan dari bahan dasar lembong, singkong, dan pisang. Pada praktek pengolahan makanan, peserta juga belajar mengenai pemilihan pewarna dan penyedap alami.

[foto2]

Salah satu wilayah yang digunakan sebagai area praktek adalah Village Learning Centre SATUNAMA, di Desa Wadas, Kulonprogo. Di lahan percobaan keanekaragaman hayati seluas 3,1 hektar tersebut, peserta membandingkan mengeni berbagai jenis tanah dan mengukur kadar kesuburannya. Mereka juga praktek langsung pembuatan pupuk kompos dan mikroba untuk menambah kesuburan tanah. ”Supaya sehat, tanaman butuh tambahan vitamin. Mikroba ini bisa dibuat dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita. Lebih aman saat kita memanfaatkan gula merah, kulit telur, cuka, dan tanaman untuk meningkatkan kesuburan tanah daripada memakai pupuk-pupuk buatan pabrik,” tutur Ibu Herni, petani dampingan SATUNAMA yang menjadi salah satu pemateri. Di lokasi yang sama, peserta juga melihat langsung pembuatan biogas serta mencoba membuat pupuk kompos.

Belajar mengenai Pertanian Berkelanjutan di SATUNAMA.

[foto1]

“Sekitar 90% penduduk Timor Leste hidup dari pertanian. Selama ini, kami belum mengelola hal tersebut dengan baik. Kami tertarik untuk lebih memanfaatkan apa saja yang sudah ada di sekeliling kami untuk menyejahterakan masyarakat,” tutur Adriano de Jesus, staf Caritas Baucau. Ia juga menambahkan jika sebelumnya, Caritas Baucau banyak mendengar mengenai kegiatan-kegiatan pertanian SATUNAMA dari lembaga lain di Timor Leste sehingga memutuskan untuk mengirim 20 orang staf, community organizer, dan petani dampingannya untuk belajar di sini.

Mereka mengikuti pelatihan dari tanggal 21 Oktober sampai 3 November 2010. Rombongan ini mempelajari beragam hal mulai dari pengorganisasian petani, agroekologi, teknik pengkomposan, pengembangbiakan tanaman, konservasi lahan kering, hingga administasi dan pembuatan koperasi. Pelatihan bertujuan untuk memperluas dan meng-upgrade pengetahuan fasilitator dan petani dampingan Caritas Baucau tentang sistem pertanian berkelanjutan. Selain itu, petani dan fasilitator lapangan meningkatkan penguasaan mereka dalam praktek sistem pertanian berkelanjutan. Peserta juga mempertajam pembelajaran mengenai budaya-budaya lokal yang mendukung sistem pertanian berkelanjutan.

Kali ini, lokasi belajar yang dipakai tidak hanya di Balai Pelatihan SATUNAMA saja. Peserta mendapat kesempatan untuk tinggal di beberapa wilayah dampingan SATUNAMA sembari belajar dan bertukar pengalaman mengenai keanekaragaman hayati bersama staf lapangan dan para petani pelaku petanian organik. “Kami sangat senang karena di sini tidak hanya mendapat teori saja tapi juga langsung praktek. Ada beberapa materi yang belum pernah kami lihat di Timor Leste dan ingin kami implementasikan langsung,” tambah Adriano.

Ada empat materi utama yang menjadi pokok bahasan pelatihan. 1) Agroekologi yang meliputi uji ekologi tanah khususnya sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Pada sesi ini peserta belajar mengenai pembuatan nutrisi, menambah mikroba dalam tanah, pembuatan kompos, dan sistem budidaya yang mendukung agroekologi, 2) Agroclimate yang menitik beratkan pada sekolah lapang iklim. Di sini, peserta belajar mengenai pengukuran curah hujan, sistem keraifan lokal yang berhubungan dengan pranata mangsa dan gejala alam. 3) Keanekaragaman hayati dengan mempraktekan pengembangbiakan tanaman. Dalam sesi ini, peserta praktek memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi dan stek untuk tanaman holtikultura. Mereka juga belajar mengenai perbanyakan generatif melalui cara seleksi, penyimpanan, uji kemurnian benih, uji berat, dan uji daya kecambah. 4) Agroekonomi melalui praktek pengolahan makanan dari bahan dasar lembong, singkong, dan pisang. Pada praktek pengolahan makanan, peserta juga belajar mengenai pemilihan pewarna dan penyedap alami.

[foto2]

Salah satu wilayah yang digunakan sebagai area praktek adalah Village Learning Centre SATUNAMA, di Desa Wadas, Kulonprogo. Di lahan percobaan keanekaragaman hayati seluas 3,1 hektar tersebut, peserta membandingkan mengeni berbagai jenis tanah dan mengukur kadar kesuburannya. Mereka juga praktek langsung pembuatan pupuk kompos dan mikroba untuk menambah kesuburan tanah. ”Supaya sehat, tanaman butuh tambahan vitamin. Mikroba ini bisa dibuat dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita. Lebih aman saat kita memanfaatkan gula merah, kulit telur, cuka, dan tanaman untuk meningkatkan kesuburan tanah daripada memakai pupuk-pupuk buatan pabrik,” tutur Ibu Herni, petani dampingan SATUNAMA yang menjadi salah satu pemateri. Di lokasi yang sama, peserta juga melihat langsung pembuatan biogas serta mencoba membuat pupuk kompos.

Tinggalkan komentar