Berani Ambil Resiko Itu Penting

Pelatihan Kerja PNPM Kabupaten Teluk Bintuni
“Berani Ambil Resiko Itu Penting”

 

Tiga puluh dua orang warga dari Kecamatan Weriagar, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat hadir di Balai Pelatihan (Ruang Kelas Hitschma) SATUNAMA, Yogyakarta. Ketigapuluh dua orang warga Kabupaten Teluk Bintuni tersebut selama 9 hari ( 27 November s.d. 6 Desember 2014) bersama-sama belajar tentang pengelolaan dana dan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Partisipan pelatihan PNPM ini berasal dari empat desa / kampong di Kecamatan Weriagar. Keempat kampong itu adalah Kampong Weriagar Utara, Weriagar, Mogotira, dan Tuanaikin. Mengawali pelatihan, Bapak Hardono Hadi yang akrab dipanggil Pak Don menyampaikan sekilas profil SATUNAMA, visi-misi SATUNAMA, dan juga berbagai kegiatan pelatihan yang telah dilakukan.

Setelah paparan tentang SATUNAMA, partisipan diajak untuk mengungkapkan harapan dan tujuan mereka mengikuti pelatihan. Dalam curah gagasan, sebagian besar partisipan berharap mendapat ilmu yang dapat diterapkan di kampong masing-masing. Partisipan juga berharap mendapat kesempatan untuk kunjungan ke salah satu desa yang cukup berhasil dalam mengelola dana PNPM dan memberdayakan masyarakatnya. Harapan partisipan ini sesuai dengan rencana yang disusun panitia; pada hari Jumat dan Sabtu ( 28-29 November 2014 ) partisipan dijadwalkan melakukan studi lapangan ke Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Di pelatihan hari pertama, partisipan diajak melihat dan menuliskan sumber daya yang ada di kampong mereka masing-masing. Partisipan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, sesuai dengan desa / kampong masing-masing. Hasil tulisan kelompok dipresentasikan untuk menjadi pembelajaran bersama, melihat kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan memberdayakan masyarakat di masing-masing kampong. Dalam diskusi muncul hal yang menarik, salah satu partisipan menyampaikan keluhannya. Partisipan ini merasa pesimis dan khawatir untuk mengelola dan memberdayakan masyarakat di kampongnya. “Kami kadang merasa pesimis dan penuh kekhawatiran. Ini pola yang ada di banyak anggota masyarakat kami. Yang lebih sering muncul di awal adalah pikiran yang pesimis,” ungkap salah satu partisipan.

Menanggapi kegelisahan partisipan ini, Pak Don menjelaskan bahwa kita perlu berusaha, meskipun tetap ada dua kemungkinan : gagal dan berhasil. Segala bidang pekerjaan pasti ada risikonya. Soal kekhawatiran memang ada, tetapi mengapa kita tidak berusaha mengambil kesempatan untuk meraih keberhasilan? ”Penting untuk tetap optimis dan berani ambil risiko, apalagi Bapak-bapak ini menjadi tokoh di desa. Kalau pemimpinnya merasa pesimis, masyarakat Anda bisa jadi juga akan merasa pesimis,” ungkap Pak Don.

Tampak raut muka gembira dari semua partisipan. Di hari pertama pelatihan mereka senang dapat belajar cara memotivasi diri untuk tetap optimis dan bekerja lebih baik bagi masyarakat serta bagi kampong mereka di Kecamatan Weriagar.

Satu hal yang menjadi catatan SATUNAMA, tidak ada partisipan perempuan yang hadir dan terlibat di pelatihan ini. Pengarusutamaaan gender perlu dikuatkan dalam kerja-kerja yang ditangani pemerintah, terutama di Provinsi Papua Barat. (Tatik)

Tinggalkan komentar